Tengkleng Solo

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Tengkleng kuliner legendaris dari Kota Solo.

Kota Solo terkenal sebagai sentra penjual tengkleng yang terkenal akan kelezatannya, belum lengkap apabila berkunjung ke Solo, belum menikmati tengkleng kambingnya.

Tengkleng merupakan makanan khas Solo, yang berbahan utama balungan atau tulang kambing.

Tengkleng terlahir dari kreativitas masyarakat Solo, dalam menghadapi situasi yang terbatas disaat masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Masa pendudukan Jepang, masyarakat hidup dalam kesengsaraan.

Bahan pangan menipis terutama bagi masyarakat kelas menengah kebawah, membuat mereka harus mengolah bahan apapun untuk menjadi santapan sehari-hari.

Kehidupan sehari-hari masyarakat kelas menengah kebawah bertambah sulit, ketika bahan pangan dan sandang semakin susah dicari.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, masyarakat kelas bawah terpaksa mencari bonggol pisang sebagai bahan makanan.

Untuk mempertahankan hidup, masyarakat kelas bawah di Solo akhirnya memanfaatkan limbah makanan termasuk limbah kambing seperti tulang belulang dan jeroan kambing.

Tulang dan jeroan kambing, banyak dibuang karena tidak memiliki manfaat bagi masyarakat kelas atas masa itu.

Tulang dan Jeroan kambing kemudian diolah dengan bumbu yang berbeda.

Bahan bumbu tersedia cukup banyak di pasar tradisional kota Solo.

Tengkleng Solo biasa dinikmati masyarakat dengan cara disesep atau dikrikiti, dalam masyarakat Solo yang artinya dihisap atau digigit sedikit-sedikit.

Cara makan tengkleng yang dipandang tidak lazim, namun inilah letak kenikmatan makan tengkleng Solo[1].

Semangkuk tengkleng memiliki arti:

1.       Sumsum tulang kambing biasanya disesepi atau dihisap secara perlahan.

Artinya meresapi filosofi hidup, yang tidak mudah takluk oleh penderitaan hidup.

2.       Keragaman makanan bermula dari kreativitas orang Jawa.

Artinya kreativitas dari masyarakat Jawa muncul atas nasihat leluhur, yakni jangan membuang nasi.

3.       Tidak hanya pemilihan sisa daging kambing, takaran santan, dan bumbu.

Artinya masyarakat Jawa memegang teguh prinsip tidak menyia-nyiakan pemberian Tuhan, sekalipun berbentuk tulang dan jeroan kambing[2].

Warung tengkleng Bu Edi di sisi timur gapura Pasar Klewer solo, merupakan rekomendasi terbaik menyantap tengkleng khas Solo.

Disajikan dengan pincukan atau tempat makan dari daun, dengan pilihan tengkleng yang tersaji didepannya pengunjung dapat memilih sendiri pilihan daging yang diinginkan.

Tengkleng Solo hampir menyerupai gulai, namun memiliki kuah lebih encer dan berisi tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel.

Warung tengkleng Bu Edi buka setiap hari, pukul 12.00 WIB, dan hanya bertahan tiga hingga empat jam tengkleng yang disajikan sudah habis diserbu pembeli.

Banyak pembeli tengkleng Bu Edi, yang rela mengantri sebelum warungnya buka sebelum kehabisan oleh pembeli lain.

Warung tengkleng Bu Edi selalu menyajikan iga, lidah kambing, sumsum, kaki, mata, pipi, dan jeroan kambing.

Satu pincuk tengkleng bu Edi dibanderol dengan harga, Rp 25.000 baik menggunakan nasi atau tidak.

Warung tengkleng Bu Edi menjadi langganan keluarga Presiden Jokowidodo, dan mantan pejabat asal Solo lainnya.

Warung tengkleng Bu Edi selain dijual di sisi timur Gapura Pasar Klewer, juga ada di kawasan kuliner Gladak Langen Bogan (Galabo) dan sekitaran pasar Jongke Laweyan[3].

Bahan pembuatan tengkleng:

1.       700 gram balunagn dan daging kambing *

2.       2 batang serai dan 3 daun salam

3.       Air secukupnya untuk merebus daging

4.       Minyak goreng secukupnya untuk menumis bumbu

Bumbu lainnya:

1.       2 cm lengkuas

2.       1 ½ cm jahe

3.       2 batang serai

4.       5 cm kayu manis *

5.       2 lembar daun jeruk.

6.       3 lembar daun salam *

7.       3 butir cengkih

8.       3 butir kapulaga

9.       5 butir klabet

10.   Garam, gula merah, gula pasir, dan kaldu bubuk sapi secukupnya.

11.   Air asam secukupnya

12.   1.200 ml santan cair *

13.   15 buah cabai rawit *

Bumbu Halus:

1.       6 butir bawang merah dihaluskan

2.       3 siung bawang putih dihaluskan

3.       5 buah cabai merah *

4.       3 buah cabai rawit merah *

5.       1 sendok teh ketumbar

6.       ½ sendok teh kemiri

7.       ½ sendok teh jintan

8.       ½ sendok teh merica bubuk

9.       1 ½ kunyit.

*: Disesuaikan kebutuhan memasak[4].

(*)

(TribunnewsWiki.com/Ibnu Rustamaji)