Waspada, Kenali Pemicu, Gejala dan Cara Mengatasi Peningkatan Gangguan Kecemasan

Berikut adalah pemicu, gejala, serta cara mengatasi gangguan kecemasan dalam tubuh


zoom-inlihat foto
gangguan-kecemasan-08.jpg
Pixabay.com
Berikut adalah pemicu, gejala, serta cara mengatasi gangguan kecemasan dalam tubuh (Ilustrasi)


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka penderitaan gangguan kecemasan meningkat sebesar 15 persen dari tahun 2005.

Angka tersebut membuka realita bahwa hampir dipastikan sekitar 264 juta orang di dunia mengalami gangguan kecemasan.

Tentu kita semua ingin tahu apa gejala yang dapat menyebabkan gangguan kecemasan, serta bagaimanakah cara mengatasinya?

Gangguan Kecemasan 09
Gangguan Kecemasan (Ilustrasi) (Pixabay.com)

Memahami Kecemasan

Kecemasan yang muncul dalam diri kita sesungguhnya adalah hal yang wajar.

Dalam beberapa hal, rasa cemas menunjukkan bentuk perlindungan diri dari bahaya.

Namun demikian, rasa cemas ternyata berbeda dengan gangguan kecemasan.

Penyakit gangguan kecemasan adalah suatu rasa ketakutan yang muncul dalam situasi yang tidak berbahaya.

Menurut sejumlah studi, tidak jelas apa yang selalu menjadi sebab dari rasa cemas itu, di mana sang perasa selalu merasa kecemasannya sangatlah nyata.

Gangguan Kecemasan Umum Tak Memiliki Bentuk yang Jelas

Penyakit gangguan kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder memiliki beberapa bentuk.

Satu di antaranya adalah fobia.

Ketakutan yang disebabkan fobia didasari karena rasa takut terhadap situasi atau suatu objek tertentu.

Misalnya adalah aviophobia, yaitu ketakutan naik pesawat dan arachnophobia atau ketakutan terhadap laba-laba.

Kendati fobia hadir karena takut terhadap suatu situasi atau objek tertentu, namun demikian berbeda dengan gangguan kecemasan umum.

Gangguan kecemasan umum tidak memiliki bentuk ketakutan yang jelas.

Rasa takut yang dirasakan selalu mengikuti sang penderita bagai sebuah bayangan.

Gangguan Kecemasan (Gambar Ilustrasi)
Gangguan Kecemasan (Gambar Ilustrasi) (Pixabay)

Bukan Penyakit Permanen

Kendati gangguan kecemasan umum selalu membayangi si perasa, namun gangguan tersebut tidaklah permanen.

Penyakit tersebut tidak berarti bahwa penderita terus menerus berada dalam rasa kecemasan

Pemicu

Menurut beberapa sumber, seringkali yang menjadi pemicu utama gangguan kecemasan adalah stress-berkelanjutan.

Penderita gangguan kecemasan umum biasanya mengalami cemas saat muda.

Pada masa muda, seringkali penderita belajar untuk menutupi dan mengatasi rasa cemas yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai metode.

Rasa Takut Dapat Hancurkan Seseorang

Gangguan kecemasan umum yang berlebih ini ternyata dapat menghancurkan seseorang.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor-faktor yang ada dalam tubuh seseorang.

Dilaporkan oleh suatu studi bahwa perempuan biasanya mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan laki-laki.

Beberapa faktor yang menjadi sebab timbulnya rasa cemas satu di antaranya adalah faktor genetik.

Yang kedua adalah faktor lingkungan, sementara ketiga adalah adanya pengalaman traumatik yang pernah dialami seseorang.

Gejala

Terdapat beberapa hal yang menjadi gejalan timbulnya gangguan kecemasan umum yang berlebih.

Beberapa di antaranya adalah: rasa lelah, susah tidur, dan masalah pencernaan.

Apabila seseorang merasakan kecemasan dan ketakutan selama lebih dari enam bulan, maka diharapkan dapat merujuk pada seorang ahli.

Cara Mengatasi

Terdapat beberapa cara-cara yang setidaknya dapat membantu penderita mengurangi gangguan kecemasan umum yang berlebih.

Beberapa di antaranya Tribunnewswiki.com himpun dari Deutsche Welle, (20/7/2019):

Olahraga

Kegiatan olahraga minimal dua atau tiga kali seminggu selama 30 menit dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Aktivitas ini sangat penting untuk mengatur perasaan dan fisik dari penderita gangguan kecemasan.

Jenis-jenis olahraga yang dipilih tidaklah terlalu penting.

Seseorang dapat melakukan aktivitas lari, pergi ke gym atau berenang.

Kemudian juga dapat melakukan aktivitas kelompok seperti olahraga ataupun basket.

Tujuan dari olahraga adalah agar seseorang merasakan lelah.

Aktivitas olahraga yang menyebabkan rasa lelah muncul dapat mengurai hormon adrenalin yang diproduksi tubuh dalam keadaan stress.

Saat sedang berolahraga, tubuh kita bereaksi sama seperti saat bereaksi terhadap stres.

Detak jantung akan semakin cepat, tubuh berkeringat, dan nafas menjadi berat.

Di sinilah seseorang dapat belajar untuk menghadapi reaksi-reaksi yang ditimbulkan usai berolahraga yang kemudian juga dapat mengatasi serangan stres dengan baik.

Nutrisi Makanan

Selain berolahraga, nutrisi makanan juga penting bagi tubuh.

Seseorang disarankan untuk melakukan diet sehat dan seimbang dengan mengonsumsi biji-bijian, sayuran, dan makanan yang mengandung omega 3.

Jenis makanan ini dapat membantu mengurangi gejalan kecemasan akut.

Sebaiknya makanan dengan kadar karbohidrat yang tinggi perlu dihindari.

Makanan seperti roti atau pasta yang terbuat dari tepung terigu dapat meningkatkan kadar insulin tinggi.

Kadar insulin yang tinggi dalam tubuh seseorang dapat menyebabkan peradangan pada tubuh yang berdampak negatif terhadap otak.

Disarankan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang dapat membantu mengatasi peradangan.

Beberapa zat yang berperan baik dalam mengatasi gangguan kecemasan antara lain adalah lemak omega 3 dan triptofan, yaitu asam amino yang terdapat dalam susu.

Sementara minuman kopi begitu tidak dianjurkan bagi seseorang yang mengalami gangguan kecemasan atau gelisah.

Hal ini karena kandungan kafein yang dimiliki kopi dapat semakin meningkatkan detak jantung dan membuat seseorang selalu terjaga.

Efek minum kopi ini kemudian ditangkap tubuh kita sebagai sinyal stres.

Relaksasi

Selain melakukan olahraga atau makan makanan bernutrisi, mempelajari teknik-teknik relaksasai dapat juga mengurangi gangguan kecemasan.

Beberapa di antara teknik relaksasi yang baik adalah Yoga, Meditas, dan Pelatihan Kesadaran.

Ketiga cara ini berkaitan dengan cara seseorang mengatur pernapasan.

Saat seseorang stres, napas akan menjadi pendek dan akan memancing reaksi "Fight or Flight / Hadapi atau Hindari" dari dalam tubuh.

Reaksi tersebut kemudian memberikan sinyal bahwa tubuh dalam bahaya yang pada akhirnya akan mengeluarkan hormon stres.

Sementara saat seseorang bernafas secara pelan dan dalam, maka tubuh akan rileks dan hormon stres juga akan berkurang.

Semua cara-cara di atas merupakan kebiasaan yang perlu diterapkan.

Apabila penerapan kebiasaan tersebut telah dilakukan selama dua bulan namun tidak ada perkembangan, maka bisa segera kunjungi dokter atau terapi.

--

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved