Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Setiap daerah di Indonesia, pasti memiliki kekayaan kuliner legendarisnya sendiri-sendiri.
Satu diantaranya adalah Dusun Widoro, Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah ini.
Roti Widoro, begitu nama took roti yang sudah eksis sejak tahun 1922.
Roti Widoro awalnya produksi roti bersekala kecil, di Dusun Widoro Sukoharjo dengan resep-resep kue khas Keraton Surakarta.
Pada saat itu memang sudah ada beberapa pabrik kue di Pecinan Surakarta, seperti Roti Babah Setoe, dan Roti Loewes (Roti Luwes) namun jangkauan penjualan roti tersebut sebatas di dalam kota Surakarta saja[1].
Sejarah Roti Widoro #
Roti Widoro dimiliki oleh Wongsodinomo sejak tahun 1910an.
Tahun 1950 masyarakat Sukoharjo menyebutnya sebagai Roti Gede, dan diproduksi terutama untuk menyambut tamu penting dari Keraton Surakarta.
Wongsodinomo wafat tahun 1975, dan perusahaan Roti Widoro dilanjutkan Tamtinah dan keluarga besarnya.
Tamtinah merupakan cucu Wongsodinomo, dan ditunjuk langsung untuk pewaris resep Roti Widoro.
Tamtinah dalam membuat roti, tidak pernah menggunakan pengawet, dan pengembang makanan bentuk apapun.
Roti Widoro sempat mengalami kekurangan bahan baku, ketika Jepang mulai memasuki pedalaman desa tahun 1942.
Tahun 1947 pabrik Roti Widoro mengalami penutupan, karena agresi militer Belanda kembali ke negeri ini pertengahan tahun 1947 hingga 1948.
Beberapa tahun setelah kekacauan politik dalam negeri Indonesia, tahun 1970 hingga 1980 menjadi zaman keemasan Roti Widoro.
Tahun 1970 permintaan roti dari Roti Widoro meningkat dibanding periode sebelumnya, dan membuat produksi roti berjalan hampir 24 jam.
Roti Widoro mengalamai pukulan telak, setelah bahan-bahan pengawet dan pengembang makanan masuk ke pasar tradisional, dan saudara Tamtinah memutuskan membuka pabrik roti sendiri di Widoro.
Tahun 1990 hingga saat ini masyarakat kembali melirik Roti Widoro, karena kualitas dan mayoritas dikemas khusus untuk souvenir resepsi pernikahan.
Tamtinah mampu bertahan, karena menerapkan filosofi Jawa berbunyi “Wong Ngeki Ojo Wedi Kelangan.”
Maksudnya memberi sesuatu ke orang lain, dengan ikhlas jangan takut kehilangan.
Wongsodinomo selaku pemilik utama adalah mantan juru masak di dapur Keraton Kasunanan Surakarta, kakek dari Wongsodinomo juga seorang juru masak keraton[2].
Roti Widoro Warisan dari Wongsodinomo #
Wongsodinomo terlahir pada 1884 di desa Keblukan, Wonogiri, Jawa Tengah dan wafat tahun 1975.
Warisan keluarga Tamtinah, yang paling berharga adalah perusahaan Roti Widoro.
Filosofi dari orang tuanya yang diajarkan kepada anak-anaknya, untuk mengenang Wongsodinomo sang kakek sekaligus pabrik Roti Widoro[3].
Keunikan Roti Widoro #
1. Roti Widoro sudah bertahan sejak tahun 1922
Roti Widoro merupakan peninggalan dari Wongsodinomo, seorang koki Keraton Kasunanan Surakarta sejak tahun 1922.
2. Adonan roti widoro menggunakan telur bebek bukan telur ayam
Adonan telur bebek digunakan untuk bahan pengembang alami, karena roti widoro tidak menggunakan mentega atau bahan pengembang kimia.
Dicampur dengan gula pasir untuk menciptakan rasa manis legit, dan sebagai pengawet alami.
3. Adonan telur bebek dicampur parutan kulite jeruk
Parutan kulit jeruk digunakan dalam adonan sebagai, penetralisir bau amis yang keluar dari telur bebek.
4. Pembuatan dan pengemasan Roti Widoro dilakukan dengan sederhana
Proses pembuatan dilakukan secara sederhana dan manual, kemudian roti dipanggang dalam tiga tahap hingga matang
Bagian topping diberi hiasan berupa tulisan Roti Widoro, dengan bahan dasar gula pasir dan putih telur cair.
Penulisan cap Roti Widoro ini merupakan ciri khas tersendiri perusahaan roti ini.
5. Roti Widoro dijual dengan harga terjangkau, dan cocok untuk hantaran pernikahan
Untuk masyarakat Dusun Widoro, dan beberapa daerah lain di Surakarta menyajikan roti widoro pada hajatan merupakan hal yang lazim dilakukan.
Namun saat ini produk roti Widodo dapat dibeli sebagai oleh-oleh, dengan harga terjangkau antara Rp 5.000 hingga Rp 7.500[4].
(TribunnewsWiki.com/Ibnu Rustamaji)
| Nama | Roti Widoro |
|---|
| Pembuat | Wongsodinomo |
|---|
| Tahun Pembuatan | 1922 - sekarang |
|---|
| Penerus | Tamtinah |
|---|
| Alamat | Dusun Widoro, Desa Kepuh, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah |
|---|
| Pemasaran | Oleh-oleh khas Sukoharjo, dan Hantaran Pernikahan |
|---|
Sumber :
1. nationalgeographic.grid.id
2. dapoergundul.tumblr.com