Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Suku Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan dikenal dengan adat istiadatnya, yang sangat sakral.
Upacara adat Rambu Solo’ merupakan satu karya kebudayaan suku Toraja, yang sudah terkenal hingga mancanegara.
Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, tidak lupt dari kunjungan traveler Indonesia maupun mancanegara.
Upacara Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu merupakan upacara adat pemakaman masyarakat di Tana Toraja.
Upacara pemakaman masyarakat Toraja, selalu dihiasi dengan pengorbanan hewan ternak untuk arwah leluhur dan arwah orang yang sudah meninggal.
Pengorbanan hewan ternak tersebut, didasarkan atas kemampuan keluarga mendiang.
Hewan ternak yang digunakan bisa lebih dari 5 ekor tergantung status sosial keluarga, dan biasanya adalah hewan kerbau.
Upacara pemakaman bisa berlangsung berhari-hari, dan pesta besar bagi masyarakat kampung.
Setelah upacara pemakaman selesai, jenazah akan diletakan diatas bukit di Tana Toraja dan dibiarkan begitu saja.
Seusai pemakaman, warga masyarakat menggelar pesta sebagai wujud syukur telah selesainya upacara pemakaman[1].
Sejarah Pa’piong #
Keunikan masyarakat Tana Toraja, selain upacara Rambu Solo’ juga eksistensi kuliner khas masyarakat Toraja yakni Pa’piong.
Kuliner khas Toraja, Pa’Piong merupakan makanan khas yang disuguhkan untuk upacara adat masyarakat Tana Toraja.
Makanan ini berbahan dasar beras, dan dicampur dengan rempah-rempah dana yam atau daging.
Masyarakat Toraja mempercayai akan makanan Pa’Piong, dibuat berdasar kisah leluhur suku Toraja.
Kisah masyarakat Toraja, mengenai Pong Gaunti Kembong yang mengejar seorang wanita yang kelak akan menjadi pasangan hidupnya.
Diceritakan Pong Gaunti Kembong saat terbang melihat seorang wanita rupawan di daratan, dia berusaha untuk menangkapnya namun gagal.
Sang wanita kemudian bersembunyi, dan masuk ke dalam batu.
Wanita tersebut mau menjadi pasangan Pong Gaunti Kembong namun dengan satu syarat, yakni Pa’Piong Sanglampa (Satu ruas bambu di piong).
Pong Gaunti Kembong berusaha memenuhi syarat tersebut, dan sang wanita keluar dari batu dan hidup bersama Pong Gaunti Kembong.
Hubungan mereka akhirnya dikaruniai anak bernama Puang Mattua, yang kelak menjadi leluhur dan disakralkan masyarakat Toraja.
Puang Mattua seumur hidupnya bersemayam di sebelah utara Toraja, keberadaanyalah yang menjadikan rumah adat Toraja yakni Tongkonan dibangun menghadap ke utara.[2]
Penyajian Pa’Piong #
Pa’Piong bagi masyarakat Toraja merupakan makanan berbahan dasar daging babi atau ayam, nasi ketan, daun mayana, dan dicampur rempah-rempah khas Toraja.
Dalam penyajian bersama dengan sayur bulunangko atau tunas pohon pisang yang masih muda.
Makanan Pa’Piong bagi masyarakat adat Toraja, menjadi suguhan pada saat upacara kematian, maupun acara syukuran perkawinan[3].
Manfaat Pa’Piong #
Pa’Piong memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat Toraja, diantaranya daun mayana dapat menyembuhkan luka, obat batuk, dan pelancaran aliran air susu ibu (ASI).
Daun mayana juga dimanfaatkan masyarakat Toraja untuk campuran menu makanan babi atau ikan, namun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur digunakan sebagai hiasan pernikahan atau hiasan rumah.
Pa’Piong bisa berbahan dasar ayam atau babi dicampur dengan batang pisang yang masih muda dan dimasak dengan bambu beserta rempah-rempah.
Batang pisang menurut masyarakat Toraja merupakan obat pencegah kolesterol[4].
Bahan-bahan pembuatan Pa'Piong khas Toraja: #
- Daging babi
- Nangka muda atau daun mayan
- Daun kemangi
- Cabai rawit, iris tipis
- Bawang merah, iris tipis
- Bawang putih, cincang halus
- Daun jeruk
- Jeruk nipis
- Garam, secukupnya
- Gula, secukupnya
- Jahe, iris tipis
- Batang pisang muda.
Pembungkus:
- 1 lembar daun pisang
- 1 batang bamboo ukuran sedang
Cara pembuatan:
1. Lumuri daging babi dengan air jeruk nipis, diamkan 15 kemudian bilas hingga bersih.
2. Iris batang pisang setebal ½ cm, remas hingga hancur kasar.
3. Campur potongan babi, bumbu halus, dan pisang serta daun mayan atau nangka muda
4. Tambahkan daun jeruk, cabai rawit utuh, aduk rata.
5. Beri air secukupnya, tutup hingga babi matang dan air susut lalu beri garam, gula dan aduk rata
6. Sebelum diangkat, masukan daun kemangi, masak sebentar.
7. Letakkan bahan yang telah tercampur di atas daun pisang, bungkus dengan cara digulung.
8. Masukan ke dalam bamboo, panggang diatas api selama sekira 60 menit.
9. Angkat, keluarkan dari bamboo, sajikan panas disertai dengan nasi[5].
(TribunnewsWiki.com/Ibnu Rustamaji)
| Informasi |
|---|
| Nama Kuliner | Pa'Piong |
|---|
| Asli | Tana Toraja |
|---|
Sumber :
1. travel.tribunnews.com
2. www.infobudaya.net
3. kupang.tribunnews.com
4. budaya-indonesia.org