TRIBUNNEWSWIKI.COM - Foto seorang bocah yang mengintip proses belajar di sebuah kelas di India menghentak dunia.
Sang bocah, Divya, bocah 5 tahun yang tinggal di selatan Kota Hyderabad, India, mengintip bocah-bocah kaya sebayanya yang sedang belajar.
Di Meksiko, seorang bocah hanya bisa menonton dari kejauhan film kartun di TV di sebuah rumah.
Masa kanak-kanak dua bocah ini tak seberuntung ratusan juta bocah lainnya di belahan dunia lain.
Tapi banyak juga yang senasib dengan dua bocah malang ini.
Dua foto tadi mengharukan dunia.
Setidaknya terlihat dari interaksi warga dunia melalui media sosial di mana kedua foto itu menjadi viral.
Divya, bocah India, yang mengintip bocah belajar di India, kini menjadi selebritas di wilayah kumuh, tempatnya tinggal.
Bocah lima tahun, yang pemalu itu, adalah subjek foto yang viral.
Dikutip dari BBC, dia terlihat memegang mangkuk alumunium seraya mengintip ke ruang kelas di sekolah negeri setempat.
Foto menyentuh itu diterbitkan di salah satu harian Telugu pada 7 November lalu dengan judul - yang diterjemahkan dari bahasa Telugu - "tatapan lapar".
Dalam rentang waktu cepat, foto tersebut menarik perhatian banyak orang.
Seorang pegiat hak-hak anak membagikannya di Facebook, dengan komentar bahwa seorang bocah kembali ditolak haknya atas makanan dan pendidikan.
Dampaknya, pimpinan sekolah itu lantas mendaftarkan Divya sebagai siswa barunya pada keesokan harinya.
Tetapi ayah Divya, M Lakshman, berujar bahwa foto itu dan kegaduhan yang muncul tidak adil baginya dan istrinya, Yashoda, yang bekerja sebagai tukang sapu.
"Saya merasa sedih ketika melihat foto itu," katanya kepada BBC.
"Divya memiliki orangtua dan kami bekerja keras untuk memberinya masa depan yang baik - tetapi dia digambarkan sebagai anak yatim yang kelaparan."
Lakshman mengatakan dia sedang menunggu usia Divya genap enam tahun sehingga dia bisa mendaftarkannya di sekolah negeri yang dilengkapi asrama, tempat dua putrinya yang lain juga belajar di sana.
Pasangan ini juga memiliki seorang putra, yang telah menyelesaikan sekolah dan saat ini mendaftar ke perguruan tinggi sambil membantu ayahnya, yang bekerja sebagai tukang sapu.
Memutus siklus
Divya dan orangtuanya tinggal di gubuk satu kamar di kawasan kumuh Kota Hyderabad.
Kawasan kumuh itu berjarak sekitar 100 meter dari sekolah negeri, tempat Divya difoto.
Sebagian besar dari 300 keluarga yang tinggal di kawasan itu adalah pekerja harian dan anak-anak mereka bersekolah di dekat situ.
Di depan rumahnya, ada timbunan plastik dan gelas yang siap dijual dan diadur ulang.
Lakshman mengatakan, dia dan istrinya setiap bulannya menghasilkan sekitar 10.000 rupee atau hampir Rp 2 juta.
Pendapatan sebesar itu mereka gunakan untuk membiayai kebutuhan sehar-hari.
Namun demikian, kebutuhan biaya sekolah anak-anak mereka ditanggung negara alias gratis.
Lakshman tahu apa artinya berjuang: dia sendiri tumbuh tanpa orang tua dan selalu membanting tulang untuk mencari nafkah yang layak.
"Saya tidak pernah menginginkan anak-anak saya memiliki kehidupan seperti saya. Jadi, saya harus memastikan bahwa mereka bersekolah."
Foto itu, tambahnya, sangat menyakitkan karena dia juga membesarkan lima bocah dari saudara laki-lakinya.
"Adik dan ipar saya meninggal beberapa waktu yang lalu. Saya tidak ingin lima anak mereka tumbuh sebagai anak yatim. Jadi, saya mendaftarkan semuanya di asrama dan merawat mereka."
Ketika ditanya mengapa Divya pergi ke sekolah negeri dengan mangkuk di tangan, Lakshman menjelaskan banyak anak-anak dari kawasan kumuh pergi ke sana saat waktu makan siang untuk mendapat makan siang gratis.
Mereka mengetahui ada makan siang gratis di sekolah itu lantaran kakak dan adik mereka juga terdaftar di sana.
"Divya tidak pergi setiap hari, tetapi dia kebetulan pergi pada hari itu dan seseorang memotretnya," jelasnya.
Hal ini dikonfirmasi para guru di sekolah itu yang mengatakan kepada BBC bahwa sejumlah siswa membawa makan siang dari rumah, sehingga sisa makanan dari layanan makan gratis akan diberikan kepada anak-anak yang belum bergabung.
"Anak-anak adalah anak-anak. Lantaran tak ada pusat penitipan anak, banyak anak-anak bermain di pelataran sekolah," kata seorang guru, yang meminta namanya tidak perlu disebutkan.
Lakshman dan tetangganya mengakui kurangnya anganwadi atau pusat penitipan anak yang disponsori pemerintah, di lingkungan mereka.
Sehingga ini menjadi persoalan besar di kawasan itu, karena orang tua tidak memiliki tempat untuk meninggalkan anak-anaknya saat mereka pergi bekerja.
Kepala sekolah negeri setempat, SU Shivram Prasad, mengatakan dia berharap perhatian yang dihasilkan oleh kehadiran foto Divya akan mempercepat proses pendirian pusat penitipan anak.
"Keberadaan pusat penitipan yang disponsori pemerintah itu akan membantu orang tua dan anak-anak agar mendapat makanan bergizi," tambahnya.
Para guru di sekolah itu juga berharap bahwa sorotan media akan berdampak pada peningkatan perbaikan fasilitas sekolah.
Mereka mengatakan saat ini ada kekurangan staf dan bahan ajaran yang amburadul, dan sekolah itu bahkan tidak memiliki pagar pembatas, sehingga mereka harus terus-menerus mengawasi anak-anak selama masa istirahat.
Namun demikian, Divya pagi itu bersemangat untuk pergi ke sekolah.
Dia berkeras membawa tas sekolahnya ke mana-mana, bahkan ke taman bermain. Selain menyebutkan namanya, dia tidak menjawab pertanyaan apa pun.
"Dia anak yang sangat tenang," kata Lakshman, ketika putrinya memegang tangannya dan menciumnya.
Dan, dia mengakui bahwa terlepas dari segala persoalannya, foto itu memang bermanfaat.
"Sekarang anak-anak lain yang seusia Divya juga mendaftar di sekolah. Jadi itu membuatku bahagia."
Nonton Film Kartun dari Kejauhan
Bagi anak kecil berkaus hijau ini, menonton televisi dari kejauhan sanggup mengikat kedua bola matanya.
Seorang anak asal Meksiko ini nampak berdiri cukup lama hanya untuk melihat tayangan sebuah acara televisi kartun.
Tayangan kartun tentu saja di belahan dunia manapun mayoritas dikagumi oleh anak-anak.
Demikian yang nampaknya dialami oleh anak kecil laki-laki bercelana pendek dan bersandal jepit ini.
Sebuah akun Facebook bernama Angel Fonsesca membagikan foto-foto anak ini pada Rabu, (9/10/2019) waktu setempat.
Dari unggahannya, sang anak terlihat sedang mengintip dari balik tembok warna putih di sisi kiri dari sebuah toko.
Seraya ingin menonton tayangan kartun, sang anak melirik ke dalam toko sambil terlihat sedikit menyandarkan badan sebelah kirinya.
Dari kejauhan, program yang ia lihat adalah sebuah tayangan kartun.
Tampak takjub akan tayangan kartun di televisi milik sang pemilik toko, si anak terlihat tak sadar ada orang yang memperhatikan - sekaligus - mengambil dokumentasi aktivitasnya.
Dalam unggahannya, Angel Fonsesca menuliskan dalam Bahasa Spanyol (Deteksi Google Translate):
"Tidak semua orang terlahir dengan kesempatan yang sama. Hargai apa yang kamu punya."
Dikonfirmasi oleh Tribunnews.com, pemilik foto sekaligus pengunggah yang bernama asli Angel de Jesus Fonsesca Lopez menuturkan pertemuannya dengan sang anak tersebut.
Diakui oleh pria tersebut, ia mengambil foto sang anak di Las Choapas, Veracruz, Meksiko.
Foto diambilnya saat ia akan berangkat kerja.
Teringat Masa Kecil
Saat melihat kejadian itu, Angel teringat akan orangtua dan masa kecilnya.
Angel bercerita orang tuanya sangat miskin, mereka tidak memiliki televisi sendiri.
Angel menambahkan ia juga dulunya menonton televisi lewat jendela tetangga.
Identitas Sang Anak
Sang anak berkaus hijau, celana panjang, dan bersandal jepit ini bernama Carlos.
Menurut Angel, Carlos adalah seorang anak yang datang dari keluarga dengan ekonomi rendah, sehingga menonton TV (menurutnya) dilakukan melalui tetangga
Hingga berita ini ditulis, postingan Angel Fonseca sudah dibagikan lebih dari 148 ribu kali dengan ribuan komentar.
Sebagian besar netizen juga menceritakan pengalaman yang serupa saat mereka masih kecil.
"Seperti ini masa kecilku, bibiku punya TV tapi saudaraku pelit, saat aku ingin nonton TV, mereka menutup pintu," tulis Ezequiel Gonzalez Brisma Salas dalam Bahasa Spanyol.
"Kau mengingatkanku pada masa lalu. Bersyukur saat ini, dengan usaha dan keringat aku bisa mencapai kesuksesan, terima kasih atas kenangan ini," tulis Angel Torres.
"Aku tersentuh, aku dan saudara-saudara adalah yatim piatu. Kami tumbuh tanpa orang tua, ibu kami meninggal saat aku berusia 3 tahun. Sangat sedih," ungkap Maria Mejia.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha) via (TRIBUNNEWS.COM/Tiara Shelavie)