Tari Bedhaya Langendriyan

Tari Bedhaya Langendriyan, warisan budaya Mangkunegara IV.


zoom-inlihat foto
tarianjawa.jpg
https://pesona.travel/
Tari Bedhaya merupakan salah satu tarian Jawa.

Tari Bedhaya Langendriyan, warisan budaya Mangkunegara IV.




  • Awal Mula #


TRIBUNNEWSWIKI.COM – Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia, melahirkan banyak sekali budaya dan seni yang masih terpelihara hingga saat ini.

Warisan budaya mulai dari tradisi, seni pertunjukan, adat istiadat, dan ritual khusus masih dipegang teguh masyarakat Indonesia.

Satu dari sekian banyak budaya yang masih eksis hingga saat ini adalah Tarian Langendriyan.

Tari Langendriyan berbeda dengan tarian Jawa lain, tari ini menggabungkan unsur musik dan dialog dalam pertunjukannya.

Cerita epos Ramayana dan Mahabharata merupakan ilustrasi tarian Langendriyan ini.

Tarian ini merupakan perpaduan seni tari, drama, bunyi, narasi, gerakan, dan mimik muka yang dipentaskan.

Berpijak epos Ramayana dan Mahabharata, Langendriyan memiliki karakter seperti wayang orang.

Tari Langendriyan memadukan unsur tari, melantunkan tembang, dan dialog dilakukan bersama.

Setiap pemain diharapkan dapat memainkan dua lakon sekaligus, melakukan monolog dan dialog dengan melantunkan lagu macapat (puisi tradisi Jawa).

Dengan alunan macapat dan tempo tarian yang lambat, para penari dituntut untuk dapat menari dan menembang secara bersamaan[1].

Puro Mangkunegaran, Kecamatan Banjarsari, Solo
Puro Mangkunegaran, Kecamatan Banjarsari, Solo (Tribunnewswiki/Ahmad Nur Rosikin)

  • Sejarah Tari Langendriyan #


Tari Langendriyan terlahir dari tradisi dan budaya Pura Mangkunegara, masa pimpinan KGPAA Mangkunegara VIII.

Mangkunegara VIII (1944-1987) memiliki nama asli Raden Mas Soerjosoeparto.

Selain sebagai pelopor tari Langendriyan, Mangkunegara VIII juga pelopor tari Bedhaya Anglir Mendung.

Tari Anglir Mendung merupakan karya asli Mangkunegara I, atau Raden Mas Said yang sempat menghilang.

Tari tradisional lain yang dirintis Mangkunegara VIII yakni Tari Gambyong Retno Kusumo.

Tari Langendriyan merupakan tarian legendaris rintisan Mangkunegara IV karena diperankan oleh perempuan perawan pilihan Mangkunegara IV.

Perempuan penari tersebut biasanya memerankan tari Menakdjinggo, Panji, atau Dharmawulan.

Penari pilihan Mangkunegara awalnya para sentana atau keluarga Pura Mangkunegara [2].

Tari Bedhaya merupakan salah satu tarian Jawa.
Tari Bedhaya merupakan salah satu tarian Jawa. (https://pesona.travel/)

  • Tari Langendriyan dan Beskap Langenharjan. #


Tari Langendriyan karya Mangkunegara IV tidak dapat lepas dari pertemuan beliau dengan raja Keraton Kasunanan Surakarta yakni Pakubuwana IX.

Pesanggrahan Langenharjan tempat pertemuan antar kedua raja, berlokasi di desa Langenharjo, Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo merupakan awal mula tari Langendriyan tercetus.

Pertemuan antar raja di luar istana membuat Mangkunegara IV memiliki inisiasi sendiri untuk membuat jas “Rokkie” atau jas barat menjadi jas bercorak Jawa atau “Beskap”.

Ketika datang ke Langenhardjan, Mangkunegara IV menggunakan beskap Jawa lengkap dengan dasi kupu-kupu.

Setelah kedatangan Mangkunegara IV diterima oleh Pakubuwana IX, perhatian raja Surakarta dan tamu undangan tertuju pada baju yang dikenakan Mangkunegara IV.

Pakubuwana IX memberikan penilaian pakaian yang dikenakan Mangkunegara IV, yang dibuat dengan penggabungan jas model Barat dan Jawa sangat mengesankan.

Mengetahui hal tersebut raja Keraton Kasunanan Surakarta, memberikan nama kepada setelan beskap Mangkunegara dengan Beskap Langenhardjan.

Model beskap Langenhardjan ini bagian depan terbuka dengan dasi kupu-kupu, dan bagian belakang tertutup dengan tambahan keris[3].

Penamaan beskap Langenhardjan yang diberikan Pakubuwana IX kepada busana Mangkunegara IV, menjadikan penamaan Tari Bedhaya Langendriyan yang berarti harmonisasi antara raga dan karsa.

  • Filosofi Tari Bedhaya Langendriyan #


Konsep Hasthasawanda atau delapan prinsip, merupakan filosofi tari bedhaya Langendriyan.

Adapun ke delapan prinsip tersebut:

1.       Pacak yakni kemampuan fisik penari sesuai dengan bentuk dasar penari.

2.       Pancat yakni gerakan peralihan yang dilakukan secara tepat.

3.       Ulat yakni gerakan mata, dan ekspresi wajah sesuai dengan karakter, kualitas dan suasana tarian.

4.       Lulut yakni gerakan yang menyatu dengan penarinya, sehingga terwujud perpaduan gerak, karawitan tari, dan karater tari.

5.       Luwes yakni kualitas gerak yang sesuai dengan bentuk dan karakter tari yang dibawakan.

6.       Wiled yakni variasi gerak yang dikembangjan oleh penari berdasar gerak yang ada.

7.       Wirama yakni hubungan antara gerak dan karawitan, sehingga terjadi kombinasi secara keseluruhan.

8.       Gendhing yakni penguasaan karawitan tari[4].



Nama Tarian Bedhaya Langendriyan
Pencipta Gusti Mangkunegara IV
Alamat Pura Mangkunegaran
   


Sumber :


1. kebudayaan.kemdikbud.go.id
2. travel.tribunnews.com
3. puromangkunegaran.com
4. style.tribunnews.com


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved