TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wilayah di Yogyakarta bakal mengalami hari tanpa bayangan pada 13 Oktober 2019, ini penjelasan BMKG mengenai fenomena tersebut.
Yogyakarta akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan, pada 13 Oktober 2019 pukul 11.24 WIB.
Menurut Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum, pantauan rata- rata suhu udara maksimum di siang hari beberapa hari ini berkisar antara 31-32 celsius.
Pada bulan September-Oktober, merupakan rata-rata suhu maksimum tertinggi untuk wilayah DIY.
"Pada saat itu posisi matahari memang berada di kisaran atas Pulau Jawa.
Pada bulan-bulan tersebut sering disebut equinox, artinya matahari tepat berada di garis katulistiwa," ujar Etik dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (4/10/2019).
Setyaningrum menyampaikan, equinox terjadi setahun dua kali.
Untuk wilayah Yogyakarta yang berada di selatan ekuator.
Kulminasi matahari akan terjadi di kisaran 13 Oktober jam 11.24 WIB.
Kondisi ini biasa disebut hari tanpa bayangan.
Sebab saat itu posisi matahari tegak lurus tepat di atas wilayah Yogyakarta.
"Jadi bila kita berada di luar seakan akan tidak ada bayangan yang muncul, apabila kondisi cuaca tidak berawan," ujar dia.
Menurut Etik, kondisi iklim yang biasa terjadi di periode kulminasi matahari ini umumnya suhu udara bisa terasa lebih panas.
Kondisi seperti ini lazim terjadi di bulan September - Oktober.
"Pada bulan-bulan tersebut juga masih masuk periode musim kemarau," ujar dia.
Sebagai gambaran, pada tahun 2018 suhu maksimum di wilayah DIY di bulan Oktober mencapai 34.8 celsius dan suhu maksimal yang pernah terjadi mencapai 35.6 celsius (pada bulan Oktober).
Diperkirakan musim hujan 2019/2020 di DIY mundur 10 hingga 20 hari atau diperkirakan pada November.
"Diprakirakan pancaroba atau peralihan musim berlangsung pada pertengahan atau akhir bulan Oktober 2019," ujar Etik.
Kenapa Kita Bisa Punya Bayangan?
Indonesia mengalami fenomena hari tanpa bayangan mulai dari Minggu (8/9/2019) dan diperkirakan akan terjadi sampai Oktober nanti.
Hari tanpa bayangan atau yang kerap disebut kulminasi merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit yang kemudian mengakibatkan bayangan benda tegak terlihat “menghilang” karena bayangan bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Tapi apakah Anda tahu, bagaimana matahari bisa membuat sebuah benda membentuk bayangan?
Melansir dari Science Learn, cahaya matahari bergerak dalam garis lurus hampir 300.000 kilometer per detik.
Adapun sinar tersebut membutuhkan waktu lebih dari 8 menit untuk sampai ke kita.
Bayangan bukanlah refleksi meskipun seringkali memiliki bentuk yang sama dengan objek.
Saat sampai ke bumi, maka sinar tersebut akan mengenai apapun.
Objek benda yang dikenai kemudian akan menghasilkan bayangan apabila benda tersebut merupakan benda yang tidak bisa dilewati cahaya atau istilahnya adalah buram.
Sumber cahaya dan bayangan
Selain matahari, terdapat beberapa sumber cahaya, seperti bola lampu, nyala lilin layar komputer, dan sebagainya.
Semua cahaya bergerak dalam garis lurus hingga menyentuh sesuatu.
Terkadang sumber cahaya hanya perlu waktu sebentar untuk sampai ke kita, akan tetapi ada sumber cahaya yang menempuh waktu hingga ribuan tahun seperti cahaya dari bintang yang terlihat di bima sakti.
Bayangan, mudah terlihat di permukaan menyala karena kontrasnya terlihat.
Seperti pada pantulan permukaan dinding bercat putih.
Bayangan juga mudah dilihat ketika berada di luar ruangan seperti di bawah sinar matahari pagi yang cerah.
Adapun, ukuran sumber cahaya bisa mempengaruhi ukuran dan ketajaman bayangan.
Contoh, lampu sorot kecil memberikan bayangan berbeda dengan lampu sorot yang digantung.
Perubahan bentuk dan ukuran
Bentuk objek selalu menentukan bentuk bayangannya.
Namun, ukuran bisa berubah disebabkan oleh posisi sumber cahaya.
Saat berada di luar ruangan di mana hari cerah, kita bisa melihat bagaimana bayangan berubah sepanjang hari.
Hal tersebut karena posisi matahari di langit mempengaruhi panjang bayangan.
Ketika matahari rendah di cakrawala, maka bayangan yang dihasilkan panjang.
Tetapi ketika matahari tinggi di langit, bayang-bayangnya jauh lebih pendek.
Hal yang sama terjadi ketika kita menggerakkan obor.
Perbedaannya, pada matahari, yang bergerak adalah posisi bumi sehingga sumber cahaya yakni matahari diam.
Tetapi pada obor, yang bergerak adalah sumber cahayanya.
Bumi berputar, sehingga kita bisa melihat matahari terbit di timur dan terbenam di barat.
Kita melihat siang saat bumi berputar ke arah matahari, dan melihat malam saat menjauh dari matahari.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Wijaya Kusuma/Nur Rohmi Aida)