TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ribuan warga Jatim di Wamena masih butuh dievakuasi, penjemputan disesuaikan kapasitas pesawat.
Sebanyak 130 warga Jatim bakal mendarat di Malang, besok (Kamis, 3/10/2019).
Hal itu diungkapkan Komandan Skuadron Udara 32 Lanud Abdul Rachman Saleh Malang Letkol Suryo Anggoro.
Sementara, sejumlah perantau lainnya di Wamena, saat ini sudah dievakuasi menggunakan armada pesawat Hercules TNI AU.
"Rencananya besok akan ada lagi pesawat kita yang datang sebanyak satu unit.
Membawa sekitar 130 warga Jatim," kata Suryo seusai menyambut kedatangan rombongan perantau bersama Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Rabu (2/10/2019), dikutip dari Tribunnews.com.
Ia menyebutkan total ada enam pesawat dari Lanud Abdul Rachman Saleh yang diterbangkan ke Papua.
Dua di antaranya sudah meninggalkan Jayapura, satu pesawat mendarat hari ini dan satu lainnya masih menginap di Ambon.
Pesawat-pesawat Hercules tersebut digunakan untuk melakukan evakuasi warga Jawa Timur dari Wamena di Jayapura.
Pasalnya masih ada ribuan warga Jawa Timur yang masih bertahan di Wamena dan menunggu evakuasi.
"Masih ribuan (warga Jatim) di Wamena.
Setiap hari pesawat kita membawa rata-rata sebanyak 1.200 orang perhari dari Wamena ke Jayapura," kata Suryo.
Per harinya pesawat bisa bolak balik dari Wamena ke Jayapura sebanyak tiga hingga empat kali.
Dengan lama perjalanan dari Wamena ke Jayapura membutuhkan waktu selama 40 menit.
TNI AU dari Lanud Abdul Rachman Saleh sendiri sudah melaksanakan perintah evakuasi sejak seminggu lalu.
Pihaknya belum bisa memastikan sirkulasi pesawat yang digunakan untuk membawa perantau ke Jawa Timur sebab hal tersebut harus menyesuaikan dengan kapasitas pesawat.
"Untuk yang datang hari ini mereka terbang dari Jayapura kemarin.
Transit di Biak, menginap, lalu ke Ambon, lalu transit lagi di Makassar baru ke Malang.
Total terbangnya sekitar enam jam, kalau ditambah refuel dan landing sekitar 8 jam totalnya," kata Suryo.
Buruh Pabrik Tahu Lolos dari Maut
Kisah buruh pabrik tahu di Wamena, lolos dari amukan massa usai diselamatkan warga lokal, sempat terkepung dan tak bisa lari ke manapun.
Sunam (33) belum lama menjadi buruh di sebuah pabrik tahu di Wamena, Papua.
Namun, pria asal Probolinggo ini kini terpaksa tidur di pengungsian kawasan Sentani, Jayapura.
Dirinya baru saja berhasil meninggalkan Wamena.
Sunam nyaris jadi korban dari kerusuhan di Wamena.
"Baru sebelas hari saya di Wamena, kerja di pabrik tahu," kata Sunam kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (2/10/2019).
Sunam mengaku bahwa ia tidur di mess yang disediakan pabrik.
Karyawan pabrik tersebut, kata Sunam, berjumlah sekitar 50 orang yang mana kebanyakan pekerjanya berasal dari masyarakat asli Wamena.
"Kita itu 50 orang lebih.
Dari Jawa yang kerja di pabrik tahu itu 14 orang, sisanya warga lokal," kata Sunam, dikutip dari Tribunnews Bogor.
Pada tanggal 23 September 2019, kerusuhan massa pecah di Wamena.
Sunam mengaku bahwa dia dan karyawan lain diusir oleh massa kemudian pabrik tahu itu pun dihancurkan.
Saat hendak melarikan diri, Sunam dan kawan-kawannya sempat kebingungan karena sudah terkepung dan tak bisa lari kemana-mana.
"Kita semua karyawan diusir, kita itu lebih dari 50-an.
Pabrik tahu tidak dibakar, tapi dirusak.
Kita sempet dikepung, hari Senin itu," kata Sunam.
Akhirnya, saat itu pada pukul 09.00 WIT seorang warga asli Wamena memberinya pertolongan.
Dia dan 13 kawannya yang lain diajak bersembunyi di rumah warga asli Wamena tersebut.
Sampai akhirnya Sunam diamankan aparat untuk dikirim ke pengungsian di Sentani.
"Jam 09.00 sampai jam 12.00 kita dibantu orang Wamena untuk bersembunyi di rumahnya," kata Sunam.
Sampai saat ini, kata Sunam dia masih merasa trauma dengan apa yang terjadi di Wamena.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Surya/Surya Fatimatuz Zahro)