TRIBUNNEWSWIKI.COM – Peran Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Meski namanya tidak sepopuler Soekarno atau Hatta, namun kiprahnya tidak kalah dengan dua nama tersebut.
Bahkan, konsep republik yang dipakai Soekarno untuk membangun Indonesia terinspirasi dari pemikiran Tan Malaka dalam bukunya, 'Naar de ‘Republiek Indonesia’ atau Menuju Republik Indonesia.
Tan Malaka dikenal sebagai pahlawan yang sangat revolusioner dan anti kemapanan.
Berkali-kali, dia dipenjara dan menjadi pelarian politik selama bertahun-tahun karena menentang pemerintah kolonial.
Namun, di balik kiprah perjuangannya yang luar biasa, kisah cintanya justru tragis.
Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka tidak pernah menikah alias menjomblo seumur hidup.
Meski begitu, bukan berarti Tan Malaka tidak pernah jatuh cinta.
Seperti manusia pada umumnya, Tan Malaka juga pernah jatuh cinta pada beberapa wanita.
“Apa Bung pernah jatuh cinta?” tanya Adam Malik dalam buku 'Mengabdi kepada Republik'.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Tan Malaka pun mengaku pernah jatuh cinta pada beberapa wanita.
"Pernah. Tiga kali malahan. Sekali di Belanda. Sekali di Filipina dan sekali lagi di Indonesia. Tapi semuanya itu katakanlah hanya cinta yang tidak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan (Indonesia)," jawab Tan Malaka.
Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Tan Malaka
Harry A Poeze, dalam bukunya ‘Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia’ juga menuliskan hal serupa.
Harry A Poeze menuliskan pernyataan SK Trimurti, istri Sajoeti Melik tentang sosok Tan Malaka dan alasannya tak pernah menikah hingga akhir hayat.
"Ia (Tan Malaka) tidak kawin karena perkawinan akan membelokannya dari perjuangan. Ia bersikap penuh hormat terhadap perempuan. Ia juga tak pernah berbicara tentang perempuan dalam makna seksual. Dari sudut ini, ia seorang yang bersih," kata SK Trimurti.
Harry A Poeze yang menghabiskan hidupnya untuk meneliti sosok Tan Malaka menuliskan bahwa lika-liku hidup pria kelahiran Suliki, Sumatera Barat itu jauh lebih dahsyat ketimbang cerita-cerita fiksi.
Menurut Harry A Poeze, setidaknya ada empat wanita yang sempat singgah di hati Tan Malaka.
Syarifah Nawawi
Syarifah Nawawi merupakan teman seangkatan Tan Malaka ketika bersekolah di Sekolah Raja atau Gedenkboek Kweekschool, Bukittinggi, Sumatera Barat pada 1907.
Syarifah merupakan satu-satunya anak gadis di daerahnya yang menempuh sekolah Eropa.
Sayangnya, kisah cinta keduanya kandas.
Tan Malaka memilih melanjutkan pendidikan ke Belanda karena tidak mau dinikahkan dengan wanita pilihan orangtuanya.
Syarifah kemudian menikah dengan RAA Wiranatakusumah, seorang Bupati Cianjur.
Tan Malaka kesal, bukan karena ditinggal nikah, namun karena Syarifah hanya dijadikan selir kedua, di mana sang bupati sebelumnya sudah beristri dua.
Tak sampai di situ, Tan Malaka semakin tercabik ketika Syarifah diceraikan pada 1924 karena dianggap tidak bisa mengikuti tata aturan bangsawan Sunda.
Sang bupati nikah lagi.
Konon, kisah cinta pertamanya yang tak sampai itu menjadi salah satu alasan Tan Malaka menjadi seorang komunis dan sangat benci dengan feodalisme.
Dia melihat bagaimana pujaan hatinya direbut dan kemudian dibuang begitu saja.
Baca: Rekaman Percakapan DN Aidit dan Mao Zedong Bisa Ungkap Peran China dalam G30S 1965
Fenny Struijvenberg
Perempuan kedua yang berhasil merebut hati Tan Malaka adalah Fenny Struijvenberg, seorang gadis Belanda.
Meski tidak banyak informasi soal Fenny Struijvenberg, namun konon keduanya sempat berpacaran.
Harry A Poeze juga mengatakan bahwa Tan dan Fenny pernah dekat, meski hubungan keduanya tak pernah jelas.
Dalam memoarnya, 'Dari Penjara ke Penjara', Tan Malaka mengaku bahwa Fenny yang merupakan mahasiswi kedokteran itu kerap mampir ke pondoknya.
Baca: Ciuman Terakhir DN Aidit di Kening sang Istri pada Malam G30S
Carmen
Ketika menjadi pelarian politik di Filipina, Tan Malaka yang menggunakan nama samaran Elias Fuentes pernah jatuh cinta pada seorang gadis.
Gadis itu disebut oleh Tan Malaka dengan nama Nona Carmen, seorang putri Rektor Universitas Manila.
Carmenlah yang mengajari Tan Malaka Bahasa Tagalog.
Namun lagi-lagi, hubungan keduanya berakhir tragis karena Tan Malaka ditangkap agen intelijen Amerika Serikat.
Hubungan keduanya benar-benar kandas ketika Tan Malaka dideportasi keluar dari Filipina.
'AP'
Dideportasi dari Manila, Tan Malaka kemudian berkelana ke Tiongkok dan menetap tiga tahun di Shanghai.
Ketika hendak ke Burma, Tan sempat transit di Hong Kong.
Namun sial, dia yang saat itu menggunakan nama samara Ong Soong Lee justru ditangkap oleh agen rahasia Inggris dan ditahan selama dua bulan.
Setelah bebas, Tan kemudian pergi ke Xiamen, sebuah kota yang berada di pesisir tenggara Tiongkok.
Di sana, Tan Malaka kemudian bertemu dengan seorang gadis dengan nama inisial ‘AP’.
AP kerap singgah di sekolah yang didirikan oleh Tan Malaka, Foreign Languages School, untuk diajari Bahasa Inggris.
Lama-lama, Tan kemudian menjadi tempat curhat AP.
Namun lagi-lagi, hubungan asmara Tan Malaka kandas.
Baca: Ketika Air Mata Bung Karno Jatuh saat Mendengar Jutaan Rakyatnya Dibunuh Setelah G30S
Paramitha Abdurrachman
Tan Malaka kemudian pulang ke Indonesia pada 1942, setelah Jepang mengambil kekuasaan Belanda di Indonesia.
Selama tiga tahun, Tan Malaka hidup sembunyi-sembunyi.
Baru pada 1945, Tan Malaka berani muncul ke depan publik.
Tan kembali menjalin hubungan dengan teman-teman lamanya, termasuk Achmad Soebardjo.
Ketika berkunjung ke rumah Achmad Soebardjo, Tan Malaka bertemu dengan seorang gadis yang berhasil merebut hatinya untuk ke sekian kali.
Gadis itu adalah Paramitha Abdurrachman, keponakan Achmad Soebardjo.
Hubungan keduanya cukup serius, hingga banyak orang mengira Tan dan Paramitha telah tunangan.
Paramitha juga mengakui bahwa dirinya memiliki rasa khusus kepada Tan.
Namun lagi-lagi, cinta keduanya kandas karena keadaan politik saat itu.
Tan Malaka menghilang karena situasi politik yang kian tak menentu.
Menariknya, ibu Paramitha ternyata adalah teman Syarifah, cinta pertama Tan Malaka.
Menurut Paramitha, ibunya mengenal Syarifah ketika keduanya bersekolah di Kweekschool.
(TribunnewsWIKI/Widi Hermawan)