G30S 1965 - Benedict Anderson: Tidak Ada Pembantaian Massal terhadap Anggota PKI di Jawa Barat

Sejarawan Benedict Anderson mengemukakan narasi sejarah bahwa tidak ada pembantaian massal terhadap anggota PKI di Jawa Barat. Argumennya tersebut didasarkan pada pertemuannya dengan Mayjen Ibrahim Adjie


zoom-inlihat foto
kiri-sejarawan-benedict-anderson-bertemu-dengan-mayjen-ibrahim-adjie-kanan.jpg
Kolase Foto (newmandala.org dan Repro: Liputan Khusus Tempo, 1 - 7 Oktober 2012
(Kiri) Sejarawan, Benedict Anderson bertemu dengan Mayjen Ibrahim Adjie (Kanan) pada tahun 1968 dan melaporkan bahwa tidak ada pembantaian massal di Jawa Barat

Sejarawan Benedict Anderson mengemukakan narasi sejarah bahwa tidak ada pembantaian massal terhadap anggota PKI di Jawa Barat. Argumennya tersebut didasarkan pada pertemuannya dengan Mayjen Ibrahim Adjie




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tragedi kemanusiaan peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.

Merespons peristiwa G30S, hadir kebijakan pemberantasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para simpatisannya yang menyulut konflik sosial di Jawa dan Bali hingga menyebar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Seusai kejadian G30S, konflik yang berujung pembunuhan terjadi di daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Namun demikian, pembantaian massal terhadap orang-orang PKI dan yang tertuduh sebagai PKI tidak terjadi di Provinsi Jawa Barat.

Hal tersebut diungkapkan seorang ahli sejarah Indonesia dari Cornell University, Benedict Anderson.

Acuan pendapat Benedict berangkat dari kesaksiannya menerima laporan Mayor Jenderal Ibrahim Adjie pada tahun 1968.

Mayjen Ibrahim memberi pesan kepada anak buahnya agar Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tidak masuk ke daerah Jawa Barat.

Kendati tidak ada pembantaian massal di Jawa Barat, bukan berarti tidak ada pembunuhan terhadap orang-orang PKI.

Berikut adalah narasi Benedict Anderson yang Tribunnewswiki.com kutip dari Liputan Khusus Tempo edisi 1-7 Oktober 2012, 'Pengakuan Algojo 1965'.

Tribunnewswiki.com tidak mengubah beberapa pernyataan individu untuk menjaga otentisitas sumber.

  • Benedict Anderson: Pertemuan dengan Mayjen Ibrahim Adjie #


Mayor Jenderal Ibrahim Adjie pernah mengeluarkan perintah agar Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) tidak masuk ke Jawa Barat.

Kesaksian perintah tersebut diperoleh dari Benedict Anderson, seorang peneliti Indonesia dari Universitas Cornell, Amerika Serikat.

Ibrahim Adjie menegaskan agar orang-orang PKI cukup ditangkap saja.

"Saya sudah kasih perintah kepada semua kesatuan di bawah saya, orang-orang ini ditangkap diamankan, tapi jangan sampai ada macem-macem." ujar Ibrahim Adjie, dari kesaksian Benedict Anderson.

Ibrahim dan Anderson bertemu pada tahun 1968.

Benedict Anderson juga menyampaikan kesaksiannya kepada Ayik Umar Said, seorang mantan Pemimpin Redaksi Ekonomi Nasional (surat kabar yang dilarang terbit bersama Harum Rakyat, Bintang Timur, dan Suluh Indonesia) setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S 1965).

Wawancara Umar dan Benedict terjadi pada September 1996 itu, yang kemudian dimuat dalam blog pribadi Umar.

Umar Said wafat pada 7 Oktober 2011 di Paris, tempatnya bermukim sejak Oktober 1965.

Di Paris, Perancis, Umar adalah eksil, yaitu seseorang yang tidak bisa pulang kembali ke negaranya karena situasi politik tahun 1965.

  • Pasca G30S di Jawa Barat: Bukan Berarti Tidak Ada Pembunuhan #


Kabar bahwa tidak pembunuhan massa di Jawa Barat bukan berarti tidak ada korban yang jatuh

Di Kabupaten Indramayu, misalnya, terdapat seseorang yang dituding anggota PKI.

Orang yang tidak disebutkan namanya oleh Tempo ini menjadi korban.

Namun demikian, pembunuhan yang terjadi tidak sampai meluas.

Perintah Ibrahim tampaknya diikuti tentara sampai level paling bawah.

"Saya tidak ingin ada pembantaian di Jawa Barat, karena merasa bagaimanapun sebagian besar adalah orang kecil. Akan mengerikan kalau mereka dibunuh," kata Ibrahim Adjie.

  • Ibrahim Adjie Mendapat Surat dari Presiden Soekarno #


Sikap Ibrahim Adjie tersebut tak lepas dari sikap setianya kepada Presiden Sukarno.

Pada 1 Oktober 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah agar semua pihak menghentikan aksi agar suasana tak runyam.

Pada hari yang sama, Sukarno mengirimi Ibrahim sepucuk surat yang isinya meminta Ibrahim datang ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma jika keselamatan Presiden terancam.

Sehari kemudian, Pimpinan Sementara Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto melapor kepada Sukarno bahwa situasi dapat dikuasai.

Dalam surat yang ditulis tangan pada 2 Oktober 1965, Soeharto menyatakan berhasil mencegah pertumpahan darah.

"Nyuwun dawuh lan nyadong deduko - bila saya bertindak lancang," ujar Soeharto menutup suratnya.

Dilaporkan oleh Tempo, Soeharto terbukti berbohong.

Pasalnya, pembantaian ribuan anggota PKI dan simpatisannya terjadi di berbagai tempat, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Beberapa peneliti seperti Robert Cribb dari Universitas Nasional Australia, juga Benedict Anderson, menyatakan tindakan tersebut  terjadi di daerah-daerah yang didatangi satuan elite militer Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

"Dalam banyak kasus, pembunuhan dimulai setelah kedatangan kesatuan elite militer, yang lalu memerintahkan dan memberi contoh tindakan kekerasan," kata Cribb dalam buku Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966 (yang dikutip Tempo).

Dikatakan oleh Bennedict Anderson bahwa daerah Jawa Barat beruntung karena RPKAD tak merangsek di sana.

"Di Jawa Barat tak terjadi pembantaian"kata Ben Anderson.

--

Sumber:

Liputan Khusus Tempo, 1 - 7 Oktober 2012 "Pengakuan Algojo 1965"

--

Tribunnewswiki.com terbuka dengan data baru dan usulan perubahan untuk menambah informasi.

--

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Informasi Detail
Nama Narasi Benedict Anderson
Ihwal Tidak Ada Pembantaian Massal terhadap Anggota PKI di Jawa Barat
Narasumber Benedict Mayjen Ibrahim Adjie
Tahun Pertemuan 1968


Sumber :




BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved