5 Fakta Dampak dari Kabut Asap di Riau: Warga Mengungsi hingga Sekolah Diliburkan

Tim Satgas Kahutla di Riau masih memadamkan api, mereka terdiri dari TNI, kepolisian, BPBD, Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api.


zoom-inlihat foto
kabut-asap-makin-pekat-di-pekanbaru.jpg
Kompas.com/Idon
Kabut asap makin pekat di Pekanbaru, Riau, dengan jarang pandang sekitar 300 meter, Jumat (13/9/2019)


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di provinsi Riau memberikan dampak yang besar.

Satu di antaranya kabut asap yang menyelimuti Bumi Lancang Kuning.

Bahkan hingga saat ini masih terdapat titik api di lahan gambut.

Titik api tersebut berada di Pekanbaru, Pelalawan, Siak, Bengkalis, Dumai, Kampar, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir.

Tim Satgas Kahutla di Riau masih memadamkan api, mereka terdiri dari TNI, kepolisian, BPBD, Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api.

Bahkan untuk memadamkan api, petugas sampai tidur di hutan untuk memadamkan api.

Berdasarkan pantauan BMKG menyebutkan bahwa kabut asap tidak hanya berasal dari Riau, namun juga kiriman dari Jambi dan Sumatera Selatan.

Berikut lima fakta dampak dari asap kebakaran hutan dan lahan yang dikutip dari Kompas.com:

Baca: Kemenhub Jelaskan Bandara di Kalimantan dan Sumatera Tetap Beroperasi Walaupun Terkena Asap

Udara tidak sehat

Kabut asap mengakibatkan kualitas udara menjadi buruk.

Bahkan dampak buruk kabut asap ini menimbulkan level udara yang berbahaya di beberapa pemukiman.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Kamis (12/9/2019) lalu mengumumkan Indeks Standard Pencemar Udara (ISPU) level berbahaya terdapat di delapan wilayah, yaitu:

  • Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, dengan angka di atas 500,
  • Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, dengan angka 473,
  • Duri Field, Kabupaten Bengkalis, dengan angka 481,
  • Duri Camap, Bengkalis dengan angka di atas 500,
  • Kota Dumai dengan angka 404,
  • Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir dengan angka di atas 500,
  • Kecamatan Libo, Rokan Hilir, di atas 500,
  • Desa Petapahan, Kabupaten Kampar, dengan angka 345.

Warga takut keluar rumah

Kabut asap kebakaran hutan dan lahan menyebabkan warga tidak berani keluar rumah.

Rozalinda (35) warga Pekanbaru mengaku dirinya takut keluar rumah saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

"Ya, jadi takut dan keluar rumah. Walaupun rumah sudah ditutup semua, tapi asap masih terasa," ucap Rozalinda, Jumat.

Yenirika juga mengakui dirinya takut keluar rumah, apalagi dirinya memiliki bayi yang berumur dua bulan.

"Jadi takut keluar rumah, karena udara tidak sehat. Kasian anak saya kena asap," sebut Yenirika.

Ayi Nuandra (36) juga menyebutkan jika dirinya takut keluar rumah.

"Saya gak berani keluar rumah. Dari hari Senin (9/9/2019) kami gak ada buka pintu rumah. Udah mengeluh juga anak-anak pengen main keluar, tapi saya larang karena kabut asap pekat," ungkap Ayi kepada Kompas.com.

Menyiksa kesehatan rakyat

Kabut asap memberikan dampak yang buruk kepada masyarakat, ribuan rakyat menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Warga yang terkena paparan kabut asap mengalami batuk, sesak nafas, pusing, demam hinga muntah-muntah.

"Saya sesak napas dan batuk. Dua anak saya juga sudah tiga hari demam, batuk dan muntah-muntah," akui salah seorang warga Pekanbaru, Ayi Nuandra (36) saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (14/9/2019).

Citra (32) warga Pekanbaru lainnya mengalami sesak nafas, batuk dan demam.

"Udah tiga hari saya sakit. Batuk berdahak, tenggorokan juga sakit. Makan jadi susah," akuinya kepada Kompas.com, Minggu (16/9/2019).

Mengantisipasi kabut asap, Dinas Kesehatan Pekanbaru menganjurkan untuk masyarakat tidak melakukan kegiatan di luar rumah.

Masyarakat dianjurkan untuk selalu memakai masker, memperbanyak minum air putih hingga makan sayur dan buah.

Baca: Dampak Kabut Asap di Pontianak, Bandara Supadio Lumpuh, 37 Penerbangan Dibatalkan

Kabut Asap jbdnfdos
Nurlela dan bayinya berada di posko pengungsian di Kantor DPW PKS Riau di Pekanbaru, karena terpapar kabut asap karhutla, Minggu (15/9/2019) malam.(KOMPAS.COM/IDON)

Warga mengungsi

Warga yang terkena kabut asap terpaksa harus mengungsi untuk mendapatkan udara yang segar.

Tempat pengungsian warga terdapat di posko pengungsian dan posko kesehatan yang dibuka DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Riau di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau.

Indah (28) mengaku sudah tiga hari mengungsi bersama tiga anaknya.

"Saya di sini sejak, Jumat (13/9/2019). Karena anak paling kecil, Sophia umur 10 bulan, sesak napas. Kakaknya, Fatimah dan Fatiyah kena asma. Tapi sudah diberikan nebulizer, alhamdulillah udah mendingan," ucap Indah kepada Kompas.com, Minggu (16/9/2019).

Nurlela (30) juga mengabarkan hal serupa, dirinya belum memastikan kapan bisa pulang ke rumah.

"Gimana mau pulang, asap masih pekat, udara tidak sehat. Masih nyaman di sini (posko). Udara di sini sehat, dan tempatnya bersih. Makan ditanggung. Kebetulan satu anak saya yang paling besar juga masih libur sekolah, jadi masih bertahan di sini," ungkap Nurlela kepada Kompas.com, Minggu (15/9/2019).

Kabut Asap efe
Sejumlah warga yang mengungsi di posko pengungsian di Kantor PKS Riau di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).(KOMPAS.COM/IDON)

Sekolah dan Kampus diliburkan

Siswa sekolah yang berada di Pekanbaru diliburkan akibat kabut asap.

Untuk siswa sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA diliburkan sejak, Selasa (10/9/2019) lalu.

Tak hanya sekolah, kampus dan universitas juga turut diliburkan sejak, Kamis (12/9/2019).

Rektor UMRI Dr Mubarak saat dikonfirmasi Kompas.com, membenarkan, kampus diliburkan karena kabut asap pekat.

"Benar. Jumat sampai Sabtu (14/9/2019) aktivitas di kampus kita liburkan," sebut Mubarak melalui pesan WhatsApp.

(TribunnewsWiki/Sekar)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved