17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Raden Mas Suryopranoto

"Sang Raja Mogok", itulah julukan Suryopranoto, seorang tokoh masa Pergerakan Nasional pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Namanya diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959.


zoom-inlihat foto
raden-mas-suryopranoto-2.jpg
(Repro: Tamar Djaja - Aziz Thaib, Poesaka Indonesia (Orang2 Besar Tanah Air), (Fort de Kock: Penjiaran Ilmoe, Tahun: ?))
Raden Mas Suryopranoto (1871-1959)

"Sang Raja Mogok", itulah julukan Suryopranoto, seorang tokoh masa Pergerakan Nasional pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Namanya diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Suryopranoto atau Soerjopranoto adalah tokoh pergerakan nasional pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Suryoranoto memiliki gelar Raden Mas yang ia dapatkan karena keturunan bangsawan yang dimilikinya.

Suryopranoto lahir pada 11 Januari 1871 dan wafat pada 15 Oktober 1959 dalam usia 88 tahun.

Ia memiliki julukan "Raja Mogok" karena aktivitas pemogokan yang sering dilakukannya bersama kalangan buruh dan rakya jelata.

Kendati Suryopranoto mempunyai status bangsawan, ia tetap memilih terjun di pergerakan rakyat bersama organisasi yang ia ikuti maupun yang ia dirikan.

Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa Suryopranoto rela kehilangan status pekerjaannya di instansi pemerintah Hindia Belanda karena ia tidak mau bekerja pada lembaga negara yang merugikan rakyat.

Ia dipecat sebagai pegawai instansi pemerintah Hindia Belanda karena menempeleng atasannya.

Dalam pengadilan, Suryopranoto juga pernah melakukan aksi menyobek-nyobek ijasah di depan atasannya sebagai wujud penolakan terhadap sistem kerja yang menindas.

Selain itu, dalam banyak organisasi peran Suryopranoto begitu besar.

Tidak hanya di organisasi yang ia dirikan, peran Suryopranoto di Sarekat Islam sangat kuat dan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Sarekat Islam mendapatkan banyak massa.

Di dalam Sarekat Islam, Suryopranoto ikut terlibat dalam pendirian Personeel Fabrieks Bond, yaitu Serikat Buruh yang berafiliasi dengan Sarekat Islam.

Ia tidak hanya menggunakan organisasi SI untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda, namun ia juga melakukan kritik terhadap organisasinya sendiri atas isu korupsi di tubuh Sarekat Islam.

Suryopranoto juga salah satu inisiator dalam berdirinya Onderlinge Levensverzekering Maatschappij Boemi Poetra atau perusahaan asuransi Bumiputera.

Berkat jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Sukarno berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 310 Tahun 1959, tanggal 30 November 1959.

Kemudian pada 17 Agustus 1960, RM Suryopranoto mendapat Bintang Mahaputera Kelas II dan sebuah Rumah Pahlawan yang terletak di Kampung Pakel Baru, Yogyakarta.

Kedua penghargaan terakhir itu diterima oleh keluarganya. [1]

Raden Mas Soerjopranoto 3
RM Suryopranoto adalah kalangan bangsawan yang membela rakyat jelata dengan melakukan mogok dan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda. (https://tokoh.id)

  • Kehidupan Pribadi : Keluarga & Pendidikan #


Suryopranoto lahir pada 11 Januari 1871.

Gelar Raden Mas adalah gelar yang didapatkan dari keturunan keluarganya.

Ayah Suryopranoto adalah Kanjeng Pangeran Haryo (K.P.H.) Soerjaningrat.

Sementara kakaeknya adalah Sri Paduka Pakualam III.

Suryopranoto sebenarnya bisa mendapat gelar sebagai putra mahkota dan mewarisi tahta Pakulaman.

Namun karena ayahnya mengalami kebutaan, sehingga hal tersebut gagal.

Keluarga Suryopranoto adalah berasal dari keluarga ningrat.

Ia mempunyai adik bernama Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara.

Pada bidang pendidikan, Suryopranoto dapat bersekolah dengan baik dibanding anak-anak se usianya.

Suryopranoto bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), yaitu sekolah yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak orang Eropa/Belanda dan kalangan atas bumiputera.

Kendati menyandang gelar pangeran dan statusnya disejajarkan dengan orang-orang Eropa yang hidup di Hindia Belanda, Suryopranoto tidak menyukai gemerlap kehidupan istana.

Adiknya, Suwardi Suryaningrat (yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara), juga sama.

Dua pangeran Pakualaman ini justru memilih terjun di alam pergerakan nasional demi membela kaum kromo rakyat jelata yang ditindas feodalisme dan kolonialisme.

Setelah berulang kali membuat masalah dengan pemerintah Hindia Belanda, Suryopranoto kemudian dikirim ke Buitenzorg (Bogor) untuk disekolahkan di Middelbare Landbouw School (MLS) atau Sekolah Menengah Pertanian.

Tujuan pemerintah mengirim ke Bogor supaya Suryopranoto lebih mudah diawasi. [2]

Raden Mas Soerjopranoto 4
RM Suryopranoto, seorang tokoh dalam Serikat Islam yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan organisasi.(id.wikipedia.org)

  • Kehidupan Pergerakan : Pekerjaan & Organisasi #


Riwayat pendidikan Soerjopranoto berjalan mulus , sehingga dirinya mendapatkan pengesahan menjadi pegawai yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pekerjaan pertama Suryopranoto di lembaga pemerintahan Hindia Belanda menurut beberapa sumber adalah pekerjaan yang tidak disukainya.

Suryopranoto pernah ditempatkan di suatu instansi pemerintahan di Yogyakarta, tapi lantas dimutasi ke Gresik.

Setelah di Gresik, Suryopranoto dipindah lagi ke Tuban, karena dianggap sering berbuat  onar.

Di kantor pemerintahan daerah di Tuban, Soerjopranoto pernah mendapat masalah.

Seperti dalam buku Seri Pahlawan Kemerdekaan Nasional (1967) yang dikutip Tirto dalam artikel Iswara N. Raditya berjudul "Soerjopranoto: Raja Mogok, Bangsawan yang Membela Rakyat Jelata", Suryopranoto dipecat setelah menempeleng atasannya yang orang Belanda karena membela rekan sejawatnya. 

Setelah dipecat sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda, Suryopranoto kembali  ke Yogyakarta dan menjadi kepala bagian administrasi istana Pakualaman.

Pada tahun 1900, Suryopranoto mendirikan organisasi Mardi Kaskaja, yaitu organisasi usaha gotong royong atau koperasi simpan pinjam.

Setahun kemudian, Suryopranoto membantu berdirinya klub pertemuan dan diskusi bernama Societeit Soetrohardjo.

Societeit Soetrohardjo, selain sebuah forum diskusi juga membuka perpustakaan sederhana

Soerjopranoto melengkapi dan mengumpulkan buku-buku sebagai bahan bacaan.

Pemerintah Hindia Belanda ternyata mengamati pergerakan Soerjopranoto bersama Mardi Kaskaja maupun Societeit Soetrohardjo.

Keberadaan Mardi Kaskaja memicu konflik dengan para lintah darat alias rentenir dan oleh Belanda dianggap memicu keresahan di masyarakat.

Sebagai upaya menghambat pergerakan Suryopranoto, pemerintah Hindia Belanda mengirimnya ke Buitenzorg (Bogor) untuk sekolah di MLS.

Di Bogor, pergerakan Suryopranoto semakin masif karena sering berhubungan dengan kalangan intelektal muda yang berpikiran sama dengannya.

Dijelaskan Bambang Sukawati dalam buku Raja Mogok R.M. Soerjopranoto: Sebuah Buku Kenangan (1983: 53) yang dikutip Tirto, (11/1/2018), dalam artikel Iswara N. Raditya, "Soerjopranoto: Raja Mogok, Bangsawan yang Membela Rakyat Jelata", setelah lulus dari MLS di Bogor, Suryopranoto mengantongi dua ijazah sekaligus, yakni sebagai landbouwkundige (ahli pertanian) dan landbouwleraar (guru ilmu pertanian).

Pemerintah Hindia Belanda pun mengangkatnya sebagai kepala dinas pertanian (landbouw consulent) sekaligus memimpin sekolah pertanian di Dieng, Wonosobo.

Suryopranoto sering ikut beberapa organisasi dengan tujuan membela rakyat jelata. [3]

Organisasi dan pergerakan yang Suryopranoto ikuti akan di bahas di topik selanjutnya.

Buku
Buku "Sang Raja Mogok", RM Soerjopranoto. (id.wikipedia.org)

  • Pergerakan Nasional dan Perjuangan Revolusi #


Pada permulaan masa pergerakan nasional, Budi Utomo yang didirikan oleh Sutomo dan rekan-rekannya  juga diikuti oleh Suryopranoto.

Dalam Kongres BO tahun 1910, Suryopranoto dan beberapa tokoh lainnya mengusulkan agar dibentuk wadah asuransi jiwa untuk guru-guru pribumi.

Namun usulan ini tidak digubris.

Awal 1912, gagasan itu akhirnya terwujud tanpa peran langsung dari Budi Utomo.

Berdirilah Onderlinge Levensverzekering Maatschappij Boemi Poetra (cikal bakal perusahaan asuransi Bumiputera) dan Suryopranoto menjadi salah satu dewan komisarisnya.

Gamal Komandoko dalam Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa (2008) yang dikutip Tirto, (11/1/2018), dalam artikel Iswara N. Raditya, "Soerjopranoto: Raja Mogok, Bangsawan yang Membela Rakyat Jelata", menyebutkan, saat bersekolah di Bogor, Suryopranoto pernah mengajak Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan perhimpunan bernama Pirukunan Jawi sebelum Budi Utomo dibentuk.

Namun demikian, ajakan Suryopranoto yang juga didukung penuh oleh adiknya (Suwardi) itu tidak memperoleh tanggapan serius.

Pada 1914, Suryopranoto menghadapi masalah pelik.

Ia marah setelah seorang pegawai pribumi dipecat karena menjadi anggota Sarekat Islam (SI), organisasi pergerakan yang kala itu dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto.

Suryopranoto tidak terima dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda terhadap saudara sebangsanya.

Sebagai bentuk penyelesaian perkara ini, Suryopranoto membawanya ke pengadilan.

Di depan hadapan residen Belanda yang tidak lain adalah atasannya, Suryopranoto melakukan aksi menyobek-nyobek ijazahnya sambil berseru bahwa ia mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Peristiwa itu merupakan urusan terakhirSuryopranoto yang berkaitan dengan pemerintah Hindia Belanda.

Suryopranoto lantas bergabung dengan Sarekat Islam dan ditempatkan sebagai komisioner oleh Tjokroaminoto.

Periode 1915-1917, SUryopranoto duduk sebagai komisioner Centraal Sarekat Islam (CSI).

Pada tahun berikutnya, ia dipercaya menjadi wakil bendahara CSI.

Bersamaan dengan itu, Soerjopranoto juga memutuskan keluar dari Budi Utomo yang dinilainya kurang tangkas dalam bergerak dan tidak bersifat kerakyatan.

Ia kemudian mendirikan suatu barisan kerja (arbeids leger) bernama Adhi Dharma.

Gerakan Adhi Dharma pernah ia usulkan kepada para pengurus Budi Utomo, namun ditolak.

Pengaruh Suryopranoto di Sarekat Islam kian menguat.

Terutama setelah ia menggagas berdirinya Personeel Fabrieks Bond (PFB) pada 1917 selain sebagai pemimpin di organisasi Adhi Dharma.

Suryopranoto adalah salah satu pemimpin Sarekat Islam yang paling diperhitungkan selain Tjokroaminoto, sekaligus motor gerakan kaum buruh yang memusingkan pemerintah kolonial.

Sepanjang 1918 dan 1919, Suryopranoto memimpin kaum buruh melakukan aksi mogok kerja.

Dari sinilah muncul julukan “Si Raja Mogok” yang melekat pada dirinya.

Selain membela kaum buruh, Suryopranoto juga dihormati di kalangan bangsawan.

Ia begitu gigih memperjuangkan nasib kaum buruh yang diupah sangat rendah.

Dicatat dalam buku Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak yang dikutip Tirto, (11/1/2018) dalam artikel Iswara N. Raditya, "Soerjopranoto: Raja Mogok, Bangsawan yang Membela Rakyat Jelata", dalam salah satu aksi mogoknya bersama kalangan buruh, Suryopranoto menyerukan:

“Kaum buruh harus memiliki kebebasan dan persamaan, mereka berhak bersuara tentang segala tindakan kaum kapitalis sehubungan dengan dirinya. Kami tahu persis bahwa kapitalisme akan hancur jika tidak ada buruh. Kami juga tahu benar bahwa modal hanyalah hasil akumulasi keluhan dan erangan kaum buruh!” 

“ […] pada puncak yang tertinggi, mereka memukuli dan memecatnya. Tapi, apakah modal mungkin ada tanpa kita (kaum buruh)? Tidakkah mereka tahu bahwa buruh juga manusia, yang harus makan, dan bahwa umat manusia harus maju bersama? Mesin sekalipun tidak dapat bekerja dengan baik jika tidak cukup diminyaki!” 

Pengaruh Soerjopranoto merupakan salah satu faktor penting yang membuat Sarekat Islam menjadi perhimpunan rakyat terbesar di Indonesia pada zamannya.

Selain didukung oleh massa Sarekat Islam, Suryopranoto juga menjalin kerjasama dengan organ-organ serupa, terutama yang dipimpin oleh tokoh-tokoh SI berhaluan kiri, macam Semaun, Darsono, Alimin, atau Haji Misbach.

Gerakan yang ia pimpin semakin besar karena didukung pula oleh massa Muhammadiyah di bawah komando Haji Fachrodin atas restu K.H. Ahmad Dahlan.

Namun demikian, iajuga sempat berkonfrontasi dengan Muhammadiyah karena organisasi sosial-keagamaan yang didirikan Ahmad Dahlan pada 1912 ini tidak lagi mendukung Personeel Fabriek Bond (PFB) organisasi serikat buruh yang ia dirikan.

Lebih dari itu, Suryopranoto menyebut Muhammadiyah sebagai “Islam-Kapitalis” karena meminjamkan uang kepada anggotanya dengan disertai bunga.

Bahkan, Suryopranoto pada akhirnya juga berbalik “melawan” Tjokroaminoto.

Hal tersebut bermula dari usulannya kepada Soekiman Wirjosandjojo agar membongkar praktik korupsi yang diduga dilakukan orang-orang Sarekat Islam.

Perselisihan bersama Tjokroaminoto karena masalah korupsi membawa Suryopranoto bertemu dengan tokoh-tokoh kalangan Islam seperti, Kasman Singodimejo, Faried Ma’ruf, Wiwoho, Munzakir, Kiai Haji Mas Mansur.

Mereka kemudian mendirikan Partai Islam Indonesia (PARII) beberapa tahun sebelum Tjokroaminoto wafat pada 1934.

Namun demikian, Suryopranoto tidak terlalu terlibat aktif di PARII dan memilih bergerak dari balik layar

Bersama adiknya, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), ia mengelola beberapa surat kabar.

Kendati demikian, Suryopranoto tetap selalu dekat dengan masalah.

Beberapa kali ia harus mendekam di penjara karena perkara delik pers, begitu pula dengan adiknya.

Setelah Indonesia merdeka, Suryopranoto turut membantu adiknya mengelola Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta yang didirikan sejak 1922.

Suryopranoto sebenarnya juga mendirikan sekolah bernama Adhi Darma School pada 1923, namun ditutup paksa di era pendudukan Jepang.

Bersama Suwardi Suryanongrat (Ki Hadjar Dewantara), Soerjopranoto tidak terlibat langsung dalam hiruk-pikuk peperangan pada masa perjuangan Revolusi.

Menyandang status bangsawan membuka peluang besar baginya untuk mencapai kemapanan.

Namun demikian, Soeryopranoto bersumpah tidak akan bekerja lagi untuk orang-orang asing yang telah merugikan bangsanya. [4]

Raden Mas Soerjopranoto 78
Perangko yang terdapat wajah RM Soerjopranoto. (id.wikipedia.org)

  • Wafat & Penghargaan #


Setelah tahun 1945, tepatnya setelah Indonesia merdeka, Suryopranoto ikut membantu adiknya (Ki Hajar Dewantara) mengelola Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta yang didirikan sejak 1922.

Suryopranoto sebenarnya juga sudah mendirikan sekolah bernama Adhi Darma School pada 1923, namun ditutup paksa di era pendudukan Jepang.

Di akhir masa hidupnya, Suryopranoto mengabdi di bidang pengajaran dan pendidikan.

Selaim membimbing kaum muda, Suryopranoto juga menerbitkan beberapa buku tentang pendidikan dan nasionalisme.

Pada tanggal 15 Oktober 1959, Suryopranoto wafat dalam usia 88 tahun.

Jenazahnya dikebumikan di Kota Gede, Yogyakarta, dengan upacara kehormatan.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa-jasanya, ia kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Sukarno lewat Surat Keputusan tertanggal 30 November 1959.

Setahun berselang, pemerintah juga memberikan penghargaan Mahaputra untuk seorang ningrat yang membela kaum jelata, Raden Mas Suryopranoto. [5]

  • Sumber Literatur #


JANGAN LUPA SUBSCRIBE CHANNEL YOUTUBE TRIBUNNEWSWIKI.COM

  1. Dominikus Bondan Pamungkas, Buruh Bergerak: Semaun dan Suryopranoto dalam Perjuangan Gerakan Buruh, 1900 - 1926, (Skripsi: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2010)
  2. Tamar Djaja - Aziz Thaib, Poesaka Indonesia ke-II (Orang2 besar Tanah Air), (Penjiaran Ilmoe, Fort de Kock, Tahun: ?)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Informasi Detail
Nama Soerjopranoto
Nama & Gelar Raden Mas Soerjopranoto
Lahir
Wafat
Keluarga
Ayah Kanjeng Pangeran Haryo (K.P.H.) Soerjaningrat
Ibu
Adik Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara)
Kakek Sri Paduka Pakualam III
Riwayat Pendidikan
Europeesche Lagere School (ELS)
Middelbare Landbouw School (MLS)
Riwayat Pekerjaan & Organisasi
Instansi Pemerintahan di Yogyakarta
Instansi Pemerintahan di Gresik
Instansi Pemerintahan di Tuban
Kepala Bagian Administrasi Istana Pakualaman
Mardi Kaskaja
Societeit Soetrohardjo
Anggota Boedi Oetomo
Dewan Komisaris Onderlinge Levensverzekering Maatschappij Boemi Poetra
Lanbouw Consulent / Kepala Dinas Pertanian di Dieng, Wonosobo
Pemimpin Centraal Sarekat Islam
Komisioner Centraal Sarekat Islam
Wakil Bendahara Centraal Sarekat Islam
Barisan Kerja Adhi Dharma
Personeel Fabrieks Bond (PFB) (1917)
Sarekat Islam - Kiri, Partai Rakyat Islam Indonesia (PARII)
Adhi Darma School
Guru dan Penulis


Sumber :


1. tokoh.id
2. tirto.id
3. tirto.id
4. tirto.id
5. tokoh.id


Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved