Profil #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tuanku Tambusai adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Riau yang pernah melakukan perlawanan saat perang Padri.
Tuanku Tambusai mendapat julukan 'Harimau Paderi dari Rokan' (De Padrische Tijger Va Rokan) oleh Belanda.
Tuanku Tambusai pandai mengatur strategi perlawanan di medan peran sehingga membuat pasukan Belan terbombardir.
Selain itu, Tuanku Tambusai juga dikenal sebagai ahli agama.
Tuanku Tambusai ditugasi sebagai Panglima Padri di Rao dan termasuk satu dari empat padri yang berangkat ke Makkah pada 1820-an untuk belajar.
Masa Kecil #
Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784.
Dalu-dalu merupakan salah satu desa pedagang Minangkabau yang didirikan di tepi Sungai Sosah, anak Sungai Rokan.
Dilahirkan dari pasangan Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah, nama kecil Tuanku Tambusai adalah Muhammad Saleh.
Sejak kecil Tuanku Tambusai sudah mendapat didikan khusus di bidang keagamaan dari sang ayah.
Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Cut Nyak Meutia
Tuanku Tambusai juga dibekali ilmu bela diri, ketangkasan menunggang kuda dan tata cara bernegara.
Dakwah Agama #
Tuanku Tambusai menyebarkan dakwah di daerah Toba.
Namun usahanya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Mereka sering melayangkan ancaman karena dianggap merusak adat budaya nenek moyag di sana.
Tuanku Tambusai pun kembali ke Rao dan berdakwah di sana.
Sekitar tahun 1820, Tuanku Tambusai dikirim ke Mekkah untuk mempelajari lebih dalam ilmu agama Islam. (2)
Perang Padri #
Tuanku Tambusai ikut angkat senjata melawan Belanda pada tahun 1823 di wilayah Natal.
Tuanku Tambusai sempat memimpin Perang Padri pada tahun 1831 dan mendirikan serangkaian benteng di Dalu-dalu.
Setahun berikutnya, Tuanku Tambusai diangkat menjadi pemimpin pasukan di Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, dan Mandailing.
Saat Belanda berusaha merebut Bonjol pada tahun 1834 hingga 1837, Tuanku Tambusai berjasa dalam menghalangi gerakan Belanda.
Pasukan gabungan Belanda dan Raja Gedombang yang bergerak dari utara, dicegat oleh pasukan Tuanku Tambusai.
Sayangnya pada 1837, Belanda berhasil merebut Bonjol.
Namun berkat kecerdikan Tuanku Tambusai dalam mengatur strategi perang, benteng Fort Amerongen milik Belanda dapat dikuasai.
Bonjol akhirnya kembali bebas.
Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Tuanku Imam Bonjol
Pada masa itu, Belanda bergabung kekuatan dengan Raja Gedombang (Regent Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo (bekas tentara Sentot Alibasyah).
Terkenal sebagai sosok pemimpin yang terkemuka, Tuanku Tambusai memiliki banyak gelar yang ia sandang seperti Ompu Bangun, Ompu Cangangna, Ompu Sidoguran dan Ompu Baleo.
Ajakan damai dari Belanda selalu ditolak mentah-mentah oleh Tuanku Tambusai.
Perang Paderi berakhir pada 28 Desember 1838 saat bentang pertahanan terakhir di Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda.
Tanpa peranan Tuanku Tambusai, Perang Padri mungkin akan lebih cepat berakhir.
Untungnya, Tuan Tambusai berhasil lolos dari kepungan Belanda. (3)
Pahlawan Nasional #
Pada usia 98 tahun, Tuanku Tambusai mengungsi ke Negeri Sembilan, Malaysia.
Tuanku Tambusai berencana mengatur strategi balasan untuk memerangi Belanda.
Belum sempat terjadi, Tuanku Tambusai menghembuskan napas terakhir pada 12 November 1882.
Jasadnya dimakamkan di Rasah, Malaysia.
Atas jasa dan perjuangannya, Tuanku Tambusai dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 71/TK/1995 tanggal 7 Agustus 1995.
(TribunnewsWiki/Indah)
Jangan lupa subscribe official Youtube channel TribunnewsWiki
| Nama | Tuanku Tambusai |
|---|
| Nama Lahir | Muhammad Saleh |
|---|
| Lahir | Tambusai, Riau, 5 November 1784 |
|---|
| Meninggal | Negeri Sembilan, 12 November 1882 |
|---|
| Julukan | Harimau Paderi dari Rokan |
|---|
| Gelar | Ompu Bangun, Ompu Cangangna, Ompu Sidoguran dan Ompu Baleo |
|---|
Sumber :
1. republika.co.id
2. www.kompasiana.com
3. pahlawancenter.com