17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju (1880-1964) adalah pejuang perempuan dari Sulawesi Selatan yang aktif dalam Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Opu Daeng Risadju diberi gelar PAHLAWAN NASIONAL pada tahun 2006.


zoom-inlihat foto
opu-daeng-risadju-1.jpg
(https://disduk.com)
Opu Daeng Risadju (1880-1964), seorang pejuang perempuan asal Sulawesi Selatan yang aktif di Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).

Opu Daeng Risadju (1880-1964) adalah pejuang perempuan dari Sulawesi Selatan yang aktif dalam Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Opu Daeng Risadju diberi gelar PAHLAWAN NASIONAL pada tahun 2006.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Opu Daeng Risadju adalah pejuang perempuan dari Sulawesi Selatan.

Opu Daeng Risadju lahir pada tahun 1880 dengan nama kecil Fatajjah.

Opu Daeng Risadju tidak memiliki riwayat pendidikan formal.

Pada masa kecilnya ia hanya belajar mengaji, dan mulai mengenal politik saat usia 47 tahun.

Aktif di Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Opu Daeng Risadju giat dalam menyebarkan cita-cita partai sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. [1]

Opu Daeng Risadju juga tercatat dipenjara berulang kali karena aktivitas politiknya.

Menurut beberapa sumber, ia disiksa berulang kali dalam penjara hingga tuli.

Pada tahun 2006, Opu Daeng Risadju dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Opu Daeng Risadju wafat pada 10 Februari 1964 di usia 84 tahun dan dikebumikan di di perkuburan raja-raja Lokkoe di Palopo. [2]

Opu Daeng Risadju 2
Lukisan Opu Daeng Risadju (http://suarapilardemokrasi.blogspot.com)

  • Kehidupan Pribadi #


Opu Daeng Risadju lahir di Palopo pada tahun 1880.

Sebelumnya, Opu Daeng Risadju bernama Famajjah yang mempunyai ayah bernama Muhammad Abdullah To Baresseng, dan ibunya Opu Daeng Mawellu.

Keluarga Opu Daeng Risadju dianggap keluarga bangsawan .

Pada masa kecilnya,  Opu Daeng Risadju belajar mengaji tanpa melalui sekolah formal.

Opu Daeng Risadju kemudian menikah dengan Haji Muhammad Daud, dan mendapat gelar Opu Daeng Risadju.

Keluarga Opu Daeng Risadju pernah tinggal di Parepare, Sulawesi Selatan.

Menurut sumber M. Natsir dalam Politik, Kekuasaan, dan Kepemimpinan di Desa (1985:73) dikutip Tirto, (20/4/2018), Risadju mulanya adalah seorang yang buta huruf kecuali aksara Bugis. [3]

  • Riwayat Politik: Berkali-kali Dipenjara #


Perjalanan politik Opu Daeng Risadju bermula saat bertemu dan berkenalan dengan seorang bernama Yahya.

Yahya adalah tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) Parepare.

Berkat pertemuan ini, Risadju kemudian terbuka dengan isu-isu politik lokal dan nasional.

Ia kemudian menjadi anggota PSII pada tahun 1927 saat berusia sekitar 47 tahun.

Saat kembali ke Palopo kota kelahirannya, Risadju giat mempropagandakan tujuan PSII, khususnya di lingkungan kerabat dan sahabatnya.

Langkah Risadju menjadi nyata ketika dalam perjalanan politiknya, ia mendirikan cabang PSII di Palopo pada tanggal 14 Januari 1930.

Di PSII cabang Palopo, Opu Daeng Risadju menjabat sebagai ketua.

Setelah PSII cabang Palopo berdiri, Opu Daeng Risadju diajak oleh tokoh lokal masyarakat daerah Malangke untuk membangun cabang ranting di daerah tersebut. 

Usaha membangun ranting di Malangke menemui hambatan ketika pemerintahan Belanda di Masamba justru menangkap Risadju dengan tuduhan hasutan kepada rakyat.

Risadju kemudian ditahan selama 1 tahun di penjara. [4]

Setelah keluar dari tahanan, Risadju pergi ke daerah Malili dan kembali berjuang mendirikan cabang ranting dari PSII.

Perjalanan Risadju ditempuh bersama dengan suaminya, menyusuri pantai timur Teluk Bone.

Namun naas, ketika sampai di distrik Patampanua, keduanya ditangkap, dirantai, dan dibawa kembali ke Palopo.

Berita ditangkapnya Opu Daeng Risudju terdengar sampai sepupunya, Opu Balirante yang merupakan anggota dewan adat setempat.

Balirante mengecam penangkapan Opu Daeng Risadju.

Pada tahun 1933, Opu Daeng Risadju menghadiri Kongres Sarekat Islam Indonesia di Batavia.

Lantaran kegiatannya dianggap membahayakan pemerintah Hindia Belanda, Opu Daeng Risadju dihukum penjara selama 14 bulan.

Tidak kapok dipenjara, memasuki masa pendudukan Jepang, Opu Daeng Risadju hidup berpindah-pindah dan berhasil mendirikan cabang-cabang PSII di Sulawesi Selatan, yaitu di Makassar, Tanete, Barru, Parepare, Majene, Rappang Sidenreng, Palopo, Bulukumba, dan Bantaeng.

Setelah Jepang menyerah, Opu Daeng Risadju tinggal di Belopa.

Opu Daeng Risadju masih terus berjuang menyebarkan ajaran politik partai PSII.

Lembaga politik Belanda bernama Nederlandsch Indië Civil Administratie (NICA) sampai menjadikan Opu Daeng Risadju sebagai target penangkapan.

Walaupun sudah memasuki kepala enam, tidak menyurut semangat perjuangan dari Opu Daeng Risadju.

Saat ditangkap oleh NICA, ia dipaksa untuk berjalan kaki 40 kilometer dari Desa La Tonre ke Watampone dan dipenjara. [5]

Sebulan kemudian, ia dipindah di Penjara Sengkang, Wajo dan selanjutnya ke Penjara Bajo.

Selama dipenjara, Opu Daeng Risadju disiksa hingga tuli dan kemudian dibebaskan setelahnya.

Setelah tahun 1949, Opu Daeng Risadju menetap di Parepare bersama anaknya, Abdul Kadir Daud.

Namun, setelah anaknya meninggal, Opu Daeng Risadju kembali ke kota kelahirannya, Palopo. [6]

  • Menolak Berhenti Berjuang #


Dalam beberapa sumber diceritakan bahwa Opu Daeng Risadju sering disiksa ketika dalam penjara.

Opu Daeng Risadju disuruh berlari kelilingi lapangan tiga kali, kemudian disuruh berdiri menghadap matahari selama satu jam.

Setelah itu, diletuskan senjata api di dekat telinganya, hingga Opu Daeng Risadju  pingsan.

Si penyiksa juga menendangnya.

Ludo Kalapita, kepala distrik Bajo adalah orang yang bertanggungjawab atas penyiksaan Opu Daeng Risadju.

Pada suatu waktu, Opu Daeng Risadju dipanggil oleh dewan adat di Istana Kedatuan Luwu.

Para anggota dewan meminta Opu Daeng Risadju untuk menghentikan kegiatan partainya.

Opu Daeng Risadju dengan tegas menolak.

Opu Daeng Risadju menyatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata sebagai perintah Tuhan.

“Selama saya masih mengucapkan kalimat Syahadat, selama itu saya tidak akan keluar dari organisasi Partai Sarekat Islam Indonesia. Apa yang saya lakukan di mana-mana selama ini hanyalah perintah Tuhan, Amar Ma'ruf Nahi Munkar.” dalam buku Biografi Pahlawan Opu Daeng Risaju: perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan Republik Indonesia (1991:84), dikutip Tirto, (20/4/2018). [7]

  • Penghubung Kartosoewiryo #


Menurut sejarawan Anhar Gonggong dalam buku Abdul Qahhar Mudzakkar, dari Patriot hingga Pemberontak (2004: 232), dikutip Tirto, (20/4/2018),  Opu Daeng Risadju pernah dikirimkan oleh Abdul Kahar Muzakkar ke Jawa Barat sebagai penghubung untuk menemui Kartosoewiryo.

Kartosoewiryo sendiri dikenal sebagai pemimpin gerakan DI/TII tahun 1953. [8]

  • Wafat & Penghargaan #


Opu Daeng Risadju meninggal pada 10 Februari 1964 dalam usia 84 tahun.

Tanpa melalui upacara kehormatan, Opu Daeng Risadju dimakamkan di dekat makam raja-raja Luwu di Palopo.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Opu Daeng Risadju diberi gelar PAHLAWAN NASIONAL pada 3 November 2006. [9]

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)

JANGAN LUPA SUBSCRIBE CHANNEL YOUTUBE TRIBUNNEWSWIKI



Informasi Detail
Nama Opu Daeng Risadju
Nama Lain Fatajjah
Ibu Opu Daeng Mawellu
Ayah Muhammad Abdullah To Baresseng
Lahir 1880
Wafat 1964
Riwayat Organiasasi
Ketua PSII cabang Palopo (1930)
Gelar Pahlawan Nasional 3 November 2006


Sumber :


1. www.merdeka.com
2. www.republika.co.id
3. tirto.id
4. tirto.id
5. www.republika.co.id
6. zetizen.jawapos.com
7. tirto.id
8. tirto.id
9. news.detik.com


Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved