Sejarah #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tari Bedhaya Ketawang sudah ada sejak era Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1755, dilakukan pembagian kekuasaan berdasarkan perjanjian Giyanti.
Selain pembagian wilayah, dalam perjanjian tersebut juga dibahas mengenai pembagian warisan kebudayaan.
Tari Bedhaya Ketawang diberikan kepada Keraton Surakarta.
Hingga kini, Tari Bedhaya Ketawang tetap dipertunjukkan ketika penobatan Raja Kasunanan Surakarta. (1)
Terkait asal mula Tari Bedhaya Ketawang, terdapat banyak pendapat.
Pendapat pertama menyatakan bahwa Tari Bedhaya Ketawang diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusumo, Raja Kasultanan Mataram yang ke-4.
Ketika Sultan Agung Hanyakrakusumo bersemedi, terdengar sayup-sayup suara tiupan angin yang mengenai angkup.
Saat diamati, suara tersebut terdengar seperti suara kemanak Gamelan Lokananta.
Ketika itu, terdengar senandung gaib yang menyanyikan lagu indah.
Hal itu membuat Sultan Agung Hanyakrakusumo terpesona.
Pagi harinya, Sultan Agung Hanyakrakusumo memanggil para empu karawitan untuk membuat gendhing sesuai kejadian yang dialami saat bersemedi.
Konon, pada saat pembuatan Gendhing Ketawang, Sultan Agung Hanyakrakusumo didatangi secara gaib oleh Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga mengatakan bahwa karya tersebut akan menjadi pusaka bagi para Raja Dinasti Mataram.
Setelah Gendhing Ketawang tercipta, Sultan Agung Hanyakrakusumo menghendaki delapan pemain untuk menarikan Tari Bedhaya Ketawang.
Delapan perempuan ini merupakan anak dari masing-masing bupati nayaka atau menteri kerajaan.
Penari kesembilan yang dipilih adalah cucu dari pepatih dalem, atau perdana menteri kerajaan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian yang diciptakan sebagai simbol cinta Ratu Kidul pada Panembahan Senopati.
Segala gerakannya melukiskan bujuk rayu, tetapi selalu dapat dielakkan oleh Panembahan Senopati. (2)
Sifat dan Makna #
Adat Upacara
Tari Bedhaya Ketawang merupakan pusaka yang ditampilkan pada waktu khusus.
Ketika tarian berlangsung, tidak diperkenankan mengeluarkan hidangan ataupun merokok.
Suasana harus hening, bahkan semua tamu tidak diperbolehkan berbicara.
Sakral
Menurut kepercayaan, Ratu Kidul turut hadir ketika Tari Bedhaya Ketawang ditampilkan.
Hanya orang tertentu saja yang dapat melihat keberadaan Ratu Kidul.
Bahkan, pada saat penari berlatih konon Ratu Kidul ikut mengawasi dan membetulkan gerakan para penari.
Religius
Lirik dalam Gendhing Ketawang bersifat religius.
Ada yang mengingatkan pada kepastiaan datangnya kematian.
Oleh karena itu, manusia harus senantiasa berbuat baik dan berbakti kepada Tuhan.
Asmara
Tari Bedhaya Ketawang merupakan simbol cinta Ratu Kidul kepada Panembahan Senopati.
Semua itu tersirat dalam gerakan yang dilakukan oleh penari.
Gendhing Pengiring #
Gendhing pengiring Tari Bedhaya Ketawang adalah gendhing Ketawang yang bersifat sakral dan khusus.
Bentuk asalnya merupakan tembang gerong.
Terdapat lima jenis gamelan yang mengiringi yaitu kethuk, kenong, kendhang, gong dan kemanak.
Dalam Gendhing Ketawang, kemanak memiliki suara yang paling dominan.
Di pertengahan gendhing, laras berpindah dari pelog ke slendro selama dua kali.
Kemudian akan kembali ke laras pelog hingga akhir gendhing.
Pada saat mengiringi keluar dan masuknya penari ke Dalem Agung Prabusuyasa, gamelan yang digunakan adalah rebab, gender, gambang, dan suling.
Selama tarian berlangsung, keprak tidak digunakan.
Penari #
Tari Bedhaya Ketawang dibawakan oleh sembilan penari.
Mereka dilatih khusus oleh abdi dalem putri, mantan penari keraton yang diangkat Sunan menjadi pelatih tari klasik.
Syarat menjadi seorang penari Tari Bedhaya Ketawang adalah putri yang masih perawan serta suci lahir dan batin.
Meskipun dulunya tidak boleh, Putri Sunan juga boleh membawakan Tari Bedhaya Ketawang.
Syarat yang harus ditempuh adalah meminta izin kepada Ratu Kidul, melalui batiniah.
Para penari diharuskan berlatih di Pendapa Sasana Sewaka, Keraton Surakarta.
Para pelatih membedakan sebutan penari sesuai tahap yang dijalani.
Penari magang, berjumlah 36 orang, berdomisili di Surakarta dan bukan kerabat keraton.
Penari Anggara Kasih, berjumlah lima orang yang dipilih dari 36 sebelumnya dan berlatih setiap hari Selasa Kliwon.
Abdi dalem Bedhaya adalah penari Anggara Kasih, yang terpilih membawakan Tari Bedhaya Ketawang.
Penari Tari Bedhaya Ketawang juga memiliki nama khusus sesuai posisi dan peran dalam tarian.
1. Batak
2. Endhel Ajeg
3. Endhel Weton
4. Apit Ngarep
5. Apit Mburi
6. Apit Meneng
7. Gulu
8. Dhadha
9. Boncit
Penari keluar dari Dalem Ageng Prabasuyasa menuju Pendapa Sasana Sewaka melalui Sasana Parasdya.
Penari berjalan satu per satu, kemudian mengitari Sunan yang duduk di dhampar kencana atau singgasana.
Hal itu juga dilakukan ketika penari masuk ke Dalem Agung Prabasuyasa. (2)
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
Untuk terus update informasi tribunnewswiki.com, ikuti kami di:
Instagram @tribunnewswiki
Fanpage Facebook Tribunnews Wiki
Youtube TribunnewsWiki Official
| Nama | Tari Bedhaya Ketawang |
|---|
| Klasifikasi | Tari Tradisional |
|---|
| Pemain | 9 orang |
|---|
| Pengiring | Gendhing Ketawang |
|---|
| Asal | Surakarta |
|---|
| Keterangan | Hanya dipentaskan pada saat tertentu |
|---|
Sumber :
1. www.negerikuindonesia.com
2. infobimo.blogspot.com