Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Sosok kontroversial dr. Poch mengemuka ke publik ketika dirinya dianggap sebagai Adolf Hitler.
Fakta keberadaan dan keabsahan kisah seorang dokter Jerman yang disebut dr. Poch ini masih belum diketahui sampai saat ini.
Dugaan bahwa dr. Poch adalah Adolf Hitler dikemukakan dalam riset dr. Sosro Husodo di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dokter bernama lengkap dr. Georg Anton Poch dan lebih dikenal dengan dr. Poch dinyatakan berada di Indonesia berdasarkan surat permohonan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada tahun 1966 yang bukti otentiknya dimiliki dan diajukan oleh Sosro Husodo.
Namun demikian, kebenaran apakah dr. Poch adalah Adolf Hitler menjadi dugaan dan asumsi sebagian masyarakat Indonesia.
Adolf Hitler merupakan kanselir Jerman (1933 – 1945), pemimpin partai Nazi, dan pelaku genosida jutaan orang Yahudi.
Menurut informasi umum yang beredar, dijelaskan bahwa Adolf Hitler mati karena bunuh diri di sebuah bungker di Berlin, Jerman pada 30 April 1945, kemudian mayatnya dibakar.
Sebagian masyarakat Indonesia pada tahun 90an dihebohkan dengan anggapan bahwa seorang dokter di Sumbawa yang berasal dari Jerman bernama dr. Poch adalah Adolf Hitler.
Sebuah makam di daerah Ngagel, Surabaya disebut-sebut sebagai makam dr. Poch.
Terdapat versi lain mengenai meninggalnya Adolf Hitler selain cerita tentang dr. Poch di Indonesia.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa pemimpin Nazi ini meninggal di Argentina, Brazil, atau sebuah tempat di Amerika Selatan.
Dugaan bahwa Dr. Poch adalah Adolf Hitler, menurut Sejarawan Asvi Warman Adam merupakan bagian dari sejarah populer, sehingga belum dipastikan kebenarannya.[1]
Sejarah popular sebagian besarnya adalah berisi bahan remeh temeh yang menjadi cerita di masyarakat, dan salah satunya adalah cerita mengenai dr. Poch.
Terpisah dari kebenaran dugaan bahwa dr. Poch adalah Adolf Hitler, Tribunnewswiki menelusuri fakta opini dari riset dr. Sosro Husodo yang dikumpulkan dan ditulis oleh Ir. KGPH Soeryo Goeritno, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul ‘Hitler Mati di Indonesia: Rahasia Yang Terkuak'.
Dalam hal ini, Tribunnewswiki membagi kontroversi dr.Poch dalam berbagai topik sesuai fakta opini yang diajukan oleh penulis buku, sekaligus menjabarkan mengenai sosok dr.Poch.
Kontroversi 1: Buku Soeryo Goeritno #
Di bagian kata pengantar dalam buku yang membahas mengenai dr.Poch, terdapat pernyataan penulis buku, Soeryo Goeritno, bahwa dirinya berterima kasih kepada adiknya, Soeryo Soedibyo Mangkoehadiningrat.
Ucapan terima kasih ini didasarkan karena sang adik telah membantu mengumpulkan data, bukti dan semua keperluan dalam penulisan mengenai riset dr. Sosro Husodo yang berkaitan dengan dr. Poch.
Buku setebal 121 halaman ini, dalam ‘Kata Pengantar’ dan ‘Pendahuluan’nya menjelaskan bahwa "buku ini adalah bukan buku sejarah".
Namun demikian, dinyatakan pula oleh Soeryo Goeritno bahwa terdapat fakta-fakta baru tentang kematian Adolf Hitler, kemiripannya dengan dr. Poch, yang ia tulis berdasarkan riset dr. Sosro Husodo.
Di bagian daftar isi, keterkaitan sub judul dengan isi dalam buku terbilang masih tidak teratur, sehingga tidak begitu runtut, komprehensif dan seimbang dalam menuturkan peristiwa dr. Sosro Husodo dalam setiap babnya tentang dr. Poch.
Kontroversi 2: Sosro Husodo & Kegiatan Penelitian #
Soeryo Goeritno selaku penulis buku hanya menuturkan kembali riset milik dr. Sosro Husodo tentang dr. Poch.
Sosro Husodo merupakan doktor militer berpangkat "kolonel" yang tinggal di Jalan Setiabudi, Bandung.
Penelitian dr. Sosro bermula saat tahun 1981, ketika Sosro membaca majalah 'Zaman No. 15 / thn / Minggu II - Januari 1980', yang di dalamnya terdapat artikel yang ditulis oleh Heinz Linge yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul, 'Cerita Nyata Hari Terakhir Seorang Diktator'.
Heinz Linge merupakan seorang Valet Service dari Adolf Hitler.
Menurut riset Sosro, di dalam majalah tersebut digambarkan keadaan Hitler, yaitu:
- Beberapa orang di Jerman mengetahui, bahwa Fuhrer menyeret kaki kirinya, penglihatannya sudah kurang terang, dan rambutnya hampir sama sekali tidak tumbuh.
- Ketika perang semakin hebat dan Jerman semakin terdesak, Hitler mulai menderita penyakit kejang urat. Di samping itu tangan kirinya mulai gemetar saat pertempuran di Stalingrad, ......dan ia mendapat kesukaran untuk mengatasi tangannya yang selalu gemetar itu.
- Tetapi aku bersyukur bahwa mayat dan makam Hitler tidak pernah ditemukan.
Tulisan Heinge ini mengingatkan Sosro kepada seorang dokter Jerman di daerah Sumbawa Besar yang pernah dikenal pada tahun 1960, yang mengaku bernama dr. Poch.
Pada tahun 1960, dr. Sosro memang sempat beberapa kali bertemu dengan dr. Poch di Sumbawa Besar.
Selain berdialog, dr. Sosro juga memeriksa kesehatan dr. Poch, karena tangannya yang suka bergetar seperti terkena parkinson.
Inilah yang mengawali dr. Sosro untuk mulai mencari tahu dan melakukan penelitian mengenai keberadaan dr. Poch.
Untuk melacak keberadaan dr. Poch, Sosro mencari nomor interlokal untuk menanyakan nomor telepon Rumah Sakit Umum (RSU) Sumbawa Besar.
Keterangan dari RSU Sumbawa Besar menyatakan;
"Dokter tua Jerman itu sudah meninggal dunia pada tahun 1970 di Rumah Sakit Karang Menjangan, Surabaya. Istrinya yang berkebangsaan Jerman sudah kembali ke Jerman, dan beliau menikah lagi dengan wanita dari Bandung, sebelum ia meninggal"
Di Sumbawa Besar, Sosro mendapatkan barang-barang peninggalan dr. Poch berupa dokumen-dokumen yang dirawat oleh Sulaesih.
Sulaesih (dikatakan Sosro), merupakan istri dari dr. Poch.
Sosro bertemu dan berdialog dengan Sulaesih ketika berkunjung ke Sumbawa Besar untuk mencari tahu keberadaan dr. Poch.
Sosro kemudian memulai kembali penelitiannya tentang dr. Poch pada tahun 1983.
Setelah memeriksa beberapa dokumen yang ada di Sulaesih (istri dr. Poch), Sosro yakin bahwa dr. Poch adalah Adolf Hitler.
Dalam kegiatan risetnya, dr. Sosro kemudian menuliskan pengalamannya di Koran Pikiran Rakyat tentang perjumpaannya dengan dr. Poch yang dianggap sebagai Adolf Hitler.
Kontroversi 3: Paspor Roma No. 2624/51 dan Keputusan Presiden RI tahun 1967 #
Beberapa dokumen yang Sosro terima dari Sulaesih di antaranya adalah 'stenografi tulisan, kartu izin keimigrasian dr. Poch tahun 1966, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 075 / PWI Tahun 1967'.
Dokumen pertama adalah stenografi tulisan dr. Poch.
Dalam stenografi yang diperoleh dari Sulaesih tercantum tulisan bahwa ada seseorang yang kabur dari Salzburg ke Graz, kemudian ke perbatasan Austria lalu ke Yugoslavia, kemudian ke Beograd lalu ke Sarajevo.
Setelah dari Sarajevo kemudian ke Roma dengan paspor nomor 2624/51.
Selain stenografi tulisan dr. Poch, dokumen kedua yang Sosro dapatkan dari Sulaesih adalah kartu izin keimigrasian.
Berdasarkan keterangan (yang juga difoto dalam buku), dalam kartu imigrasi tersebut tertulis beberapa informasi, di antaranya; Tempat kelahiran : Przmsyl, 1 November 1895, Nama Bapak: Poch Jesef. Nama Ibu: Poch Emma, dan keterangan bahwa dr. Poch masuk dengan paspor nomor 2624/51.
Dokumen ketiga adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 075 / PWI Tahun 1967 tentang Pewarganegaraan.
Dalam dokumen ketiga ini tertulis;
“Tentang Pewarganegaraan diterangkan bahwa memutuskan permohonan dr. Med. Georg Anton Poch, dilahirkan di Przemsyl (Austria) pada tanggal 1 November 1895, bertempat tinggal di Kampung Bidji Sumbawa Besar untuk menjadi warga negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta, tanggal 20 Desember 1967 tertanda tangan Pejabat Presiden, Soeharto, dan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia”.
Kesamaan tulisan stenografi tentang paspor dengan dokumen berupa kartu izin keimigrasian, serta Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 075/PWI yang diperoleh Sosro dari Sulaesih, menjadi kontroversi yang ketiga mengenai dr. Poch.
Kontroversi 4: Kota Przemyśl #
Dalam dokumen kartu imigrasi yang diperoleh Sosro, tertulis dr. Poch lahir di Przemyśl, 1 November 1895.
Menurut Sosro, Przemyśl berada di Polandia, sedangkan di dalam surat permohonan menjadi WNI tahun 1966, dituliskan dr. Poch bahwa Przemyśl berada di Austria.
Dokter Sosro menyimpulkan bahwa paspor "dokter Jerman" tersebut palsu, dan merujuk keterangan bahwa Przemyśl itu berada di Polandia.
Kontroversi 5: Perjumpaan dan Percakapan dr. Sosro Husodo dengan dr. Poch #
Seperti diterangkan di atas, Sosro Husodo pernah bertemu dengan dr. Poch saat sedang bertugas di Sumbawa Besar pada bulan Oktober 1960.
Saat itu Sosro baru lulus dari Fakultas Kedokteran UI.
Sosro ditugaskan oleh Departemen Kesehatan membantu misi kesehatan pemerintah Amerika Serikat untuk para korban bencana yang terjadi di negara-negara Asia, dengan menggunakan kapal laut 'Hope'.
Dijelaskan bahwa pada suatu waktu, kapal 'Hope' bersandar di pelabuhan Sumbawa Besar.
Ketika Sosro berkenalan dengan dokter-dokter setempat, disinilah Sosro bertemu dengan seorang yang mempunyai perawakan ‘dokter bule yang sudah tua, berperawakan tinggi, agak kurus, punggungnya agak bungkuk, wajahnya lonjong, kepalanya agak botak, hidungnya besar dan mancung dan berkumis model Charlie Chaplin yang sudah beruban’.
Disinilah Sosro bertemu sekaligus berkenalan dengan dr. Poch yang kemudian mengajaknya berkunjung ke pendopo Kabupaten untuk bertemu dengan Bupati.
Sebulan kemudian, terdapat pertemuan yang kedua dengan dr. Poch.
Setelah turun dari kapal 'Hope' lalu naik sekoci menuju daratan, beberapa teman mengajak Sosro untuk mengunjungi dr. Poch.
Sosro dan temannya kemudian bertemu dengan dr. Poch dan istrinya.
Di rumah dr. Poch, terjadi percakapan antara Sosro dan dr. Poch yang disaksikan oleh istri Poch dan salah satu teman dari Sosro yang diruntut percakapannya (sesuai di buku) seperti berikut:
dr. Sosro : "Apakah dokter pernah mengalami pemerintahan Hitler?"
dr. Poch : "Iya"
dr. Sosro : "Lalu bagaimana menurut Anda?"
dr. Poch : "Tidak buruk, malah sebaliknya, Jerman pada saat itu mengalami kemajuan yang hebat. Rakyat Jerman hidup makmuer dan jadi bangsa yang kuat. Karena peranglah yang menghancurkan kami, dan kami dipaksa untuk perang. Tapi selanjutnya rakyat Jerman bangkit kembali"
dr. Sosro : "Bagaimana dengan kamp Auszhwitz?"
dr. Poch : "Tidak ada apa-apa, itu hanya omongan yang dibesar-besarkan saja, yang ingin menghancurkan kami"
dr. Sosro : "Apa benar Hitler meninggal karena bunuh diri?"
dr. Poch : "I don't know, pada saat itu suasana di sekitar sangat kacau, semua orang menyelamatkan diri masing-masing"
dr. Sosro : "Menurut kabar, Anda tidak ingin kembali ke Jerman, kenapa?"
dr. Poch : "Saya tidak suka dengan iklim di Jerman, di sana jika sedang musim dingin, dinginnya terasa sampai ke tulang-tulang, apalagi jika dibarengi ada angin, pohon-pohonan sampai bengkok. Saya yang sudah tua ini tidak tahan dengan iklim di Jerman. Kalau di Indonesia tidak ada musim dingin, udaranya hangat membuat saya betah tinggal di sini untuk selamanya"
dr . Poch : "Coba lihat tangan saya, gemetar seperti ini, coba sebenarnya penyakit apa yang saya derita?"
dr. Sosro : "Anda terkena Parkinsonism, karena usia Anda yang sudah lanjut. Dan penyakit lainnya pun tidak bisa dihindarkan lagi, atau mungkin ini adalah Atherosceloris atau mungkin akibat tekanan darah tinggi (hemaparese), atau hanya trauma psikis saja"
dr. Poch : "Benar begitu!"
dr. Sosro : "Sejak kapan terasanya?"
dr. Poch : "Kapan ya?"
Istri dr. Poch : "Lebih dari lima belas tahun karena kamu menggebrak-gebrak meja, ketika tentara Jerman berada di Moskow"
Kontroversi 6: Sosok Sulaesih dan Buku Catatan dr. Poch #
Menurut penuturan Sosro, Sulaesih merupakan gadis Sunda yang berasal dari Cibadak, Sukabumi.
Sosro bertemu dengan Sulaesih saat berkunjung ke Sumbawa Besar untuk mencari tahu keberadaan dr. Poch.
Sulaesih bukan berasal dari keluarga yang berada.
Pada tahun 1956, setelah menyelesaikan pendidikan SMP, ketika mendengar ada rombongan yang ingin pergi ke Sumbawa Besar untuk bekerja, Sulaesih ikut mendaftarkan diri.
Sesampainya di Sumbawa Besar, Sulaesih diterima bekerja di Pemda Kabupaten.
Di Sumbawa Besar, Sulaesih bertemu dengan seorang pemuda yang masih keponakan dari Sultan Sumbawa dan kemudian menikah.
Setahun menikah, suami Sulaesih mengalami sakit yang sangat parah.
Kemudian ia membawa suaminya berobat ke tempat dr. Poch.
Berawal dari sinilah, Sulaesih kenal dengan dr. Poch.
Melihat penyakit dari suami Sulaesih tidak kunjung sembuh, keluarga dari suami sepakat agar Sulaesih berpisah dengan suaminya, dengan alasan kasihan melihat Sulaesih repot dan juga dengan alasan bahwa Sulaesih bukan gadis asli Sumbawa.
Setelah dua tahun berpisah dengan suami, dr. Poch mengajukan diri untuk melamar Sulaesih.
Setelah melamar Sulaesih, dr. Poch memeluk agama Islam di tahun 1964 dan mengganti namanya dari dr. Poch menjadi "Abdul Kohar".
Sulaesih menikah pasa usia 34 tahun sedangkan dr. Poch berusia 64 tahun.
Dituturkan oleh Sosro berdasarkan cerita Sulaesih bahwa, dr. Poch selalu menyembunyikan rahasia kepada dirinya dan tidak terbuka.
Menurut Sulaesih, dr. Poch mempunyai peninggalan berupa catatan kecil berwarna cokelat ukuran 9x16 cm dan tebal 44mm.
Buku ini sebagian ditulis dengan bahasa Latin, dan sebagian lagi ada yang ditulis dengan bahasa steno sistem Gabelsberger.
Bagian yang ditulis dengan steno menceritakan ketika dr. Poch dan istri lamanya yang melarikan diri dari Jerman menuju Salzburg, ke Grasz, ke Tapelwates Austria, Yugoslavia, ke Beograd lalu ke Sarajevo.
Kemudian dari Sarajevo ke Roma dan menerima paspor no. 2624/51.dengan identitas 'dr. Poch'.
Tulisan tentang pelarian dirinya diberi judul "Kurze zeitliche Darstellung der personlichen Belanguen durch di Allierten und lokalena "Autoritation" im Salzburg 1946", (Catatan singkat dikejar oleh sekutu dan "otoritas" lokal di Salzburg, 1946)
Sedangkan catatan yang ditulis dalam latin adalah daftar alamat beberapa nama-nama anggota Nazi yang disebutkan menjadi buronan.
Kontroversi 7: Penuturan Sulaesih #
Keterangan Sosro Husodo yang diperoleh berdasarkan penuturan Sulaesih, menjelaskan percakapan antara Sulaesih dan dr. Poch.
Sulaesih bercerita kepada Sosro mengenai percakapannya dr. Poch, "Gi (panggilan dr. Poch), kenapa kumisnya seperti Hitler?".
Poch menjawab, "Memang saya Hitler".
Kemudian di obrolan yang lain (Pengakuan Sulaesih kepada Risnawati, wartawan Majalah Mangle), yang juga dikutip Sosro, terjadi percakapan antara Sulaesih dan dr. Poch:
dr. Poch : "Esih tahu hitler?"
Sulaesih : "Tentu saja saya tahu, dia itu penjahat perang kan?"
dr. Poch : "Kata siapa?"
Sulaesih : "Kan banyak warga yang meninggal karena dibunuh, di-gas, karena perintah Hitler!"
dr. Poch : "Namanya juga perang, itu wajar saja"
Sulaesih : "Tapi ada yang bilang Hitler itu masih hidup, ada yang bilang Hitler sudah meninggal, di mana ya dia?"
dr. Poch : "Esih ingin bertemu dengan Hitler?"
Sulaesih : "Tentu saja saya ingin sekali bertemu, tetapi rasanya itu tidak mungkin"
dr. Poch : "Nah ini Hitler itu" (sambil menepuk dada)
Berdasarkan penuturan Sulaesih, dr. Poch selalu memberi amanat pada setiap akhir pembicaraannya agar kata-kata dr. Poch tidak boleh dibicarakan kepada siapa pun.
Sulaesih juga disuruh untuk tidak boleh ikut berpolitik.
Pendapat Ahli: LIPI, Dosen Hubungan Internasional Unair, dan Ahli Sejarah Jerman #
Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) memproduksi ulang liputan VivaNews.com tanggal 24 Februari 2010 dalam situs resminya, (28/2/2010) untuk merespon kontreversial dr. Poch yang dianggap sebagai Adolf Hitler.
Dalam keterangannya, LIPI menyatakan bahwa belum ada kesimpulan yang pasti mengenai kisah Dr. Poch.
Sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam berkomentar "Memang ada cerita tentang seorang dokter di Sumbawa Besar, dr Poch. Saya juga mendengar itu,"
Asvi menyatakan belum ada kesimpulan yang pasti apakah dr. Poch adalah Adolf Hitler.
Dikatakan oleh Asvi, bahwa dirinya belum menemukan tulisan atau bukti lain keterkaitan antara dr. Poch dengan Adolf Hitler.
Menurut Asvi, bukti makam ditambah dengan pengakuan lisan kesaksian dari seseorang belum cukup untuk membuktikan bahwa kebenaran dr. Poch.
"Buktinya tidak jelas. Apakah orang itu Hitler atau bukan. Jadi, tentunya kita tidak memastikan di sini," kata Asvi.
"Ini dikatakan orang Nazi. Apakah mendarat secara beramai-ramai atau orang per orang. Kita harus melacak lagi," ujar Asvi.
Asvi juga menegaskan bahwa dugaan bahwa ‘sejarah dr. Poch yang dianggap sebagai Adolf Hitler’ terlepas dari konteks ‘sejarah Indonesia’. [1]
Asvi juga berkomentar, “Sejarah populer itu bukan sejarah ilmiah. Sebab, jika sejarah ilmiah itu tidak cukup hanya mencatat kesaksian seseorang. Harus dilengkapi dengan bukti-bukti,” jelas Asvi. [2]
Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Basis Susilo, juga mengatakan ragu dengan dugaan bahwa dr. Poch adalah Adolf Hitler.
Namun demikian, Basis tidak menolak ataupun membantah dugaan yang ada, “Sebab di dalam politik, kemungkinan kemungkinan bisa terjadi,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair kepada Surya Tribunnews, tahun 2010. [3]
Alif Rafik Khan, peneliti sejarah dan militer Jerman, dikutip dalam Okezone, berkomentar “Setahu saya dulu pernah ada pemeriksaan mengenai kabar bahwa beliau (Poch) adalah ‘Hitler yang Hilang’,” kepada via pesan singkat.
“Tentunya belum terbukti (Poch adalah Hitler) 100 persen hoax, kalau masih belum dilakukan tes DNA terhadap jenazah atau kerangka dr. Poch,” kata Alif.
“Dulu pernah ada yang lelang potongan rambutnya Hitler. Bisa saja mencocokkan DNA-nya (Poch) dari bagian tubuh dia yang mungkin disimpan oleh keluarganya, seperti rambut atau kuku (Poch),” ujar Alif. [4]
Sampai saat ini keberadaan dan keabsahan cerita mengenai dr. Poch masih menjadi hal yang kontroversial dan terbuka untuk diperdebatkan.
Literasi #
Ir. KGPH. Soeryo Goeritno, M. Sc, "Hitler Mati di Indonesia: Rahasia yang terkuak" Penerbit:Titik Media Publisher 2010, jumlah halaman 121.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)
Jangan lupa subscribe official channel YouTube Tribunnewswiki.com!
| Informasi Detail |
|---|
| Nama | dr. Poch |
|---|
| Nama Lengkap & Gelar | dr. (Med) Georg Anton Poch |
|---|
| Istri | Sulaesih |
|---|
| Tempat & Tanggal Lahir | Przmsyl, 1 November 1895 |
|---|
Sumber :
1. lipi.go.id
2. surabaya.tribunnews.com
3. surabaya.tribunnews.com
4. news.okezone.com