TRIBUNNEWSWIKI.COM - Proses sulit atau lambannya dalam beradaptasi seringkali menjadi problem terbesar yang dimiliki pemain asal Indonesia.
Ketika berkarier di negara yang berbeda, banyak dari para pesepak bola Indonesia yang terganjal menunjukkan performa terbaik kesulitan karena kendala adaptasi di perbedaan situasi dan kondisi.
Utamanya, kendala bahasa sering menjadi batu karang yang membuat seretnya prestasi pemain asal Indonesia ketika merantau di negeri orang.
Namun, selain itu ternyata banyak dari beberapa pemain Indonesia yang memang kesulitan dengan banyak hal ketika mencoba untuk berkarier di negeri orang.
Mulai dari faktor bahasa, cuaca, budaya dan problem jauh dari kampung halaman (homesick) sering menjadi penghambat karier pesepak bola Indonesiadi luar negeri. Contoh faktual yakni adalah Evan Dimas.
Gelandang yang sempat beken bersama Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri dan sempat digadang-gadang sebagai calon bintang Merah Putih untuk masa depan dan berpotensi bisa berkarier di Eropa.
Faktanya, Evan Dimas gagal ketika menjalani trial di Spanyol. Mulai dari klub LaLiga, Espanyol hingga klub divisi tiga Llagostera, pemain asal Surabay itu gagal dalam tes.
Problemnya pun akut, beberapa kali sang pemain sendiri menyampaikan kesulitan terkait adaptasi dengan bahasa, budaya dan sampai faktor kuliner pun turut serta menjadi penghambat Evan Dimas berkarier di Spanyol, di luar dari penilaian teknis ketika trial.
Kini, harapan bangsa Indonesia tertumpu pada duo yang sedang berkelana ke benua biru, yakni Egy Maulana Vikri (Lechia Gdansk) dan Witan Sulaeman (FK Radnik Surdulica).
Baca: Proses Adaptasi di Polandia Tak Mudah, Ini Kekhawatiran Lechia Gdansk Terkait Egy Mualana Vikri
Khusus Egy, dirinya sudah sejak 2018 berada di Lechia Gdansk dan masih kesulitan menembus tim utama klub Liga Ekstraklasa Polandia tersebut.
Meski begitu, terkait kabar masa depan dimana dirinya akan segera habis kontrak dan proses adaptasi di Polandia masih berjalan, Egy Maulana Vikri mengaku bahagia berada di Lechia Gdansk dan menganggap rekan-rekan setimnya itu seperti keluarga sendiri.
Via serial dokumenter bertajuk Local Hero besutan Rakuten Sports yang rilis pada Selasa (27/10/2020) lalu, Egy Maulana Vikri membicarakan perjalanan kariernya bersama Lechia Gdansk.
Pemain asal Medan itu mengakui banyak kendala ditemuinya saat pertama kali bergabung Lechia Gdansk pada 2018 lalu.
"Awalnya, terasa sulit bagi saya karena cuaca dan lain-lain," ungkap Egy dilansir dari Rakuten Sports, via Bolasport.com berjudul Egy Maulana Vikri: Saya Bahagia di Lechia Gdansk, Dekat dengan Semua Pemain.
"Tantangan pertama dari pemain Indonesia yang main di luar negeri adalah mental, karena ini jauh sekali dari keluarga dan teman-teman."
"Tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia. Saya jarang menggunakan Bahasa Indonesia, juga tinggal di sini sendiri, tidak ada siapa-siapa."
Kini Egy Maulana Vikri memasuki musim ketiga bersama Lechia Gdansk.
Ia mengaku sudah merasa nyaman dan bahagia di Lechia Gdansk.
Baca: Dicoret dari Skuad FK Radnik Musim 2020-21, Bagaimana Nasib Pemain Timnas Witan Sulaeman ke Depan?
"Namun, selama satu setengah tahun disini saya sudah merasa nyaman," kata Egy.
"Alasan utama saya memilih Lechia Gdansk karena orang-orang disini memuat saya nyaman."