Kebijakan Luar Negeri AS di Era Joe Biden: Stop Dukungan ke Arab Saudi, Cabut Status Teroris Houthi?

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat langsung berubah kala Joe Biden menjabat, termasuk menarik dukungan ke Arab Saudi terkait masalah Houthi.


zoom-inlihat foto
Presiden-AS-Joe-Biden.jpg
JIM WATSON / AFP
Presiden AS Joe Biden mengambil sumpah presiden selama upacara virtual di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, DC, setelah dilantik di US Capitol pada 20 Januari 2021.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pelantikan Presiden baru Amerika Serikat (AS), sepertinya memicu gelombang optimisme.

Terbukti dengan melonjaknya indeks di bursa saham Amerika Serikat, Wall Street.

Keberadaan presiden baru seperti Joe Biden dianggap akan membuat situasi negeri paman Sam lebih stabil dan juga akan berdampak baik untuk dunia internasional.

AS dipandang akan menjadi negara yang berjalan lebih baik, setidaknya dibanding era kepemimpinan Donald Trump.

Salah satu kebijakan Joe Biden adalah mencabut "muslim travel ban" atau larangan bagi warga dari negara-negara muslim yang mayoritas berasal dari Timur Tengah.

Tak hanya itu, kebijakan eksekutif lain dari Biden yakni akan mengakomodir banyak imigran di negara tersebut untuk bisa memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat.

Namun, di era Biden akan ada babak baru terkait kebijakan Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah.

Pemerintahan Presiden AS terpilih Joe Biden akan segera menyetop dukungan terhadap negara Arab Saudi yang selama ini menyerang milisi Houthi di Yaman.

AS juga akan meninjau kembali penetapan gerakan Houthi sebagai kelompok teroris.

Baca: Resmi Dilantik, Joe Biden Jadi Presiden Tertua dalam Sejarah AS, Masalah Kesehatan Jadi Sorotan

Menurut pemberitaan AFP, potret kebijakan luar negeri tersebut diutarakan oleh Antony Blinken yang disebut sebagai calon Menteri Luar Negeri AS yang ditunjuk Biden. 

Blinken mengatakan, dia akan segera meninjau penetapan yang diinisiasi oleh pemerintahan Donald Trump tersebut karena adanya kehawatiran bakal memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.

Tentara milisi Houthi bersorak dan meneriakkan slogan saat berkumpul di ibu kota Sanaa.
Tentara milisi Houthi bersorak dan meneriakkan slogan saat berkumpul di ibu kota Sanaa. (AFP)

Dia menyebut, rencana yang diinisiasi Trump tersebut justru semakin mempersulit upaya pembicaraan damai dengan Houthi, kelompok pemberontok di Yaman.

Blinken mengatakan AS tetap berpikiran jernih tentang Houthi.

Pemerintahan Trump mengumumkan langkah tersebut pada 11 Januari, sembilan hari sebelum Biden mengambil alih Gedung Putih pada Rabu.

Trump telah menjadi sekutu setia bagi Arab Saudi sejak dia menjabat sebagai Presiden AS.

Di bawah Trump, AS menawarkan bantuan logistik dan penjualan perlengkapan militer terhadap Arab Saudi selama kampanye enam tahun untuk mengusir Houthi yang telah mengambil alih sebagian besar Yaman.

Baca: Tak Sebut Biden dalam Pidato Perpisahan, Trump Klaim Dia Presiden AS yang Tak Memulai Perang

Di sisi lain, Blinken mengatakan bahwa Arab Saudi telah berkontribusi pada situasi kemanusiaan terburuk di dunia.

"Houthi memikul tanggung jawab yang signifikan atas apa yang terjadi di Yaman, tetapi kampanye (Arab Saudi) juga telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap situasi itu."

"Jadi dukungan kami harus dihentikan," kata Blinken.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok bantuan telah memperingatkan risiko penetapan Houthi sebagai kelompok teroris justru memperburuk keadaan Yaman.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved